Hingga September, Kasus Kebakaran Menurun

- Rabu, 16 September 2020 | 10:24 WIB
Kasi PMK dan Penyelamatan Kota Tarakan - Irwan./AGUNG/RADAR TARAKAN
Kasi PMK dan Penyelamatan Kota Tarakan - Irwan./AGUNG/RADAR TARAKAN

TARAKAN – Angka kasus kebakaran sampai dengan pertengahan September ini diklaim mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2019. Hal ini dikatakan Kasi PMK dan Penyelamatan Kota Tarakan Irwan, dimana sejak Januari 2020, terdata kasus kebakaran yang tidak termasuk rumah dan lahan sudah terjadi sekitar 16 kali. Untuk kebakaran bangunan sendiri mencapai 10 kali.

Jika dibandingkan tahun lalu, Irwan menyebutkan, jumlah kebakaran yang terjadi mencapai 30 sampai 40 kali kebakaran. Sementara justru yang mengalami peningkatan signifikan yakni untuk kasus penyelamatan non kebakaran. “Berkaitan dengan data kebakaran maupun non kebakaran, khususnya untuk kebakaran sendiri dibagi dua klasifikasi. Pertama, kebakaran rumah atau lahan dan yang kedua adalah kebakaran berupa kendaraan, elektronik dan sejenisnya yang tidak sampai membakar bangunan,” jelas Irwan.

Disebutkannnya lagi, data kebakaran lahan di tahun ini juga mengalami penurunan yaitu hanya 20 kali, jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya justru lebih banyak. Bisa jadi adanya penurunan kasus ini lantaran kesadaran masyarakat terkait dengan kebakaran, baik rumah maupun lahan sudah cukup tinggi.

“Karena hampir semua kebakaran yang terjadi di rumah adalah kesalahan para penghuni. Biasanya pemakaian listrik, salah satu yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran. Dikarenakan korsleting arus pendek listrik dimana banyak terjadi penumpukan saklar. Seperti pada saat melakukan recharge handphone banyak masyarakat yang tidak mencabut charger tersebut, sehingga menimbulkan panas yang kemudian bisa membakar rumah,” ungkapnya kepada Radar Tarakan.

Selain itu, untuk penggunaan kompor, PMK juga sudah sering melakukan sosialisasi terkait dengan cara penggunaan tabung elpiji, bahwasanya untuk regulatornya harus selalu dicek dan harus dalam keadaan off pada saat meninggalkan rumah. Tetapi menurut data, dari semua tragedi kebakaran rumah, seringnya kebakaran terjadi karena adanya korsleting listrik arus pendek.

Sementara untuk jumlah kasus Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di tahun ini hanya 20 kasus. Mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 mencapai 50 kasus, Penurunan ini diakui Irwan juga dipengaruhi seringnya dilakukan sosialisasi dari masyarakat baik dalam kelompok maupun perorangan yang terus memberikan edukasi agar tidak membuka lahan dengan cara pembakaran.

“Untuk sosialisasi di masyarakat, biasanya kami rutin melakukan sekali dalam sebulan, bahkan jika ada terjadi kebakaran, usai memadamkan api kami juga biasanya langsung memberikan edukasi kepada masyarakat yang berada di lingkungan tersebut, untuk selalu menjaga lingkungan masing-masing,” ungkapnya.

Tambahnya, pemberian edukasi biasanya dilakukan di lokasi yang padat penduduk dan bermukim di daerah pesisir pantai sebab merupakan lokasi yang sulit untuk dijangkau oleh kendaraan roda empat. “Tetapi di tahun ini, yang paling banyak adalah evakuasi non kebakaran, seperti evakuasi ular, lebah, buaya dan binatang berbisa lainnya. Yang total keseluruhannya sampai dengan kemarin berjumlah 75 kali, dan hal ini sangat meningkat di banding tahun kemarin,” pungkasnya. (agg/fly)

 

 

 

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Lagi, 7,68 Hektare Lahan di Binusan Diduga Dibakar

Minggu, 17 Maret 2024 | 14:50 WIB

Jelang Pilkada, Polres KTT Sebut 21 TPS Rawan

Rabu, 13 Maret 2024 | 13:55 WIB
X