Industri Rotan Desa Sebidai Makin Menggeliat

- Senin, 14 September 2020 | 14:43 WIB
TAMBAH PENGHASILAN: Salah satu pengrajin dari Desa Sebidai KTT yang kini sudah menekuni bisnis sebagai pengrajin rotan./RIKO/RADAR TARAKAN
TAMBAH PENGHASILAN: Salah satu pengrajin dari Desa Sebidai KTT yang kini sudah menekuni bisnis sebagai pengrajin rotan./RIKO/RADAR TARAKAN

TANA TIDUNG - Sebagian warga di Kabupaten Tana Tidung, memanfaatkan rotan untuk diolah menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual lumayan tinggi. Rotan tersebut diolah sedemikian rupa, mulai dari kursi, tempat tisu, dan juga kerajinan dari rotan lainnya.

Potensi rotan di Kabupaten Tana Tidung (KTT) melimpah dan dapat dijumpai dimana saja, terutama di Desa Sebidai. Untuk itu warga Desa Sebidai memanfaatkan peluang ini untuk mengolahnya menjadi kerajinan tangan yang bisa menambah penghasilan. Berbagai kerajinan diolah dari bahan baku rotan misalnya piring rotan, pot bunga serta kursi dan lainnya.

Salah satu pengrajin rotan Desa Sebidai, Nawang mengatakan, sengaja memanfaatkan rotan sebagai bahan untuk membuat kerajinan tangan yang dapat menambah penghasilan. Berbagai kerajinan yang dibuatnya mulai dari piring, pot bunga dan lainnya.

"Saya sudah lama membuat kerajinan dari rotan, banyaknya rotan yang dapat dijumpai di KTT ini membuat saya memutar otak mau dibuat apa rotan ini. Akhirnya saya punya ide untuk membuat kerajinan yang memang sekarang menjadi tambahan penghasilan bagi keluarga saya," kata Nawang.

Ia mengakui dengan hasil karyanya itu bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah antara Rp 9 juta hingga Rp 11 juta dalam sebulan. Berbagai kerajinan dibuatnya dan dijual dengan harga yang bervariasi. "Kalau pot saya jual dari harga Rp 150 ribu-Rp 200 ribu sedangkan kursi dari rotan itu juga bervariasi dari Rp 5 juta hingga Rp 8 juta. Itu tergantung dari tingkat kesulitannya," jelasnya.

Bahan rotan yang ia gunakan tak jauh dari rumahnya. Ia memanfaatkan rotan tersebut dan diolah menjadi produk lokal yang bisa memberikannya penghasilan lebih. "Alhamdullilah semua bahan itu saya hanya mengambilnya dari belakang rumah. Banyaknya rotan di belakang rumah saya membuat saya lebih enak tidak mengeluarkan biaya. Sehingga menjadi lebih mudah," jelasnya sambil menganyam salah satu produk rotan karyanya.

Sementara Hendra Yapeng, salah satu Staf Desa Sebidai mengungkapkan, pihaknya sering memberikan pelatihan kepada para warga untuk membuat anyaman dari bahan rotan. Membuat anyaman dari bahan rotan dan juga bambu untuk menambah kreativitas dan penghasilan para warga.

"Ini bertujuan agar dapat meningkatkan perekonomian warga yang dinilai masih kurang, dan dapat diharapkan menjadi penopang ekonomi," katanya.

Diketahui, Desa Sebidai merupakan salah satu desa yang banyak ditumbuhi pohon rotan dan bambu. Desa yang mayoritas dihuni suku Dayak Belusu ini menjadi tempat untuk membuat kerajinan tangan yang biasanya dilakukan para suku Dayak. "Disinikan mayoritas Dayak, dari sinilah kami memberikan pelatihan karena suku Dayak ini sering membuat anyaman seperti sangkar burung, binggon dan anjat. Masih banyak lagi yang mereka buat disini," jelas Hendra.

Menurut Hendra, lantaran seringnya diberikan pelatihan membuat sebagian warga khususnya ibu-ibu saat ini lebih memilih mengolah rotan untuk membantu perekonomian dan meringankan beban suami.

"Sekarang sudah banyak ibu-ibu yang menganyam kerajinan dari rotan dan bambu untuk mereka buat berbagai kerajinan dan mereka mempromosikannya dengan berbagai cara. Ini tentu sangat dan sesuai dengan apa yang kita harapkan membantu ekonomi warga dengan memberikan pelatihan yang dapat membantu mereka," pungkasnya. (rko/fly)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X