5 Sampel Diambil di Tiga Pasar Tradisional, Apa Hasilnya?

- Rabu, 12 Agustus 2020 | 10:34 WIB
MONITORING: Tim Inspeksi Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Tarakan melakukan inpeksi di tiga pasar tradisional, Selasa (11/8)./JANURIANSYAH/RADAR TARAKAN
MONITORING: Tim Inspeksi Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Tarakan melakukan inpeksi di tiga pasar tradisional, Selasa (11/8)./JANURIANSYAH/RADAR TARAKAN

TARAKAN - Setelah sempat tertunda akibat pandemi Covid-19, inspeksi  dan monitoring untuk periode kedua kembali dilakukan Tim Inpeksi Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Selasa (11/8).

Dalam inpeksi dan monitoring tersebut, tim yang terdiri dari Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Tarakan, Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Dinas Perdagangan dan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Disdagkop-UKM) Tarakan, Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMPHP) Tarakan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Tarakan melakukan inpeksi dan monitoring ke tiga pasar tradisional yang ada di Bumi Paguntaka.

Ketua Tim Inspeksi Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan, Jodi Ekaprasetya mengatakan, adapun 3 pasar tradisional yang dilakukan inspeksi dan monitoring adalah Pasar Tenguyun, Pasar Beringin dan Pasar Gusher. Hal ini dilakukan menindaklanjuti Inpres Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. “Dalam setahun, kami melakukan inspeksi dan monitoring sebanyak 4 kali, namun karena adanya pandemi Covid-19, pelaksanaan untuk periode kedua yang dijadwalkan pada sekitar April atau Mei tersebut ditindak, baru Agustus ini bisa terlaksana lagi,” bebernya.

Adapun dalam kegiatan inspeksi dan monitoring tersebut, petugas melakukan pengambilan 5 sampel pada komoditas perikanan yang dijual di tiga pasar tradisional tersebut. “Adapun 5 sampel yang diambil di tiga pasar tradisional tersebut adalah demersal, pelagic, molusca, crustacean dan produk kering,” ujarnya.

Sampel yang diambil tersebut nantinya akan dikirim ke laboratorium di Surabaya. Hasilnya baru akan diketahui maksimal dua minggu kemudian. Laporan hasil pengujian sampel dan monitoring ini, selanjutnya akan dikirim ke BKIPM pusat dan pemerintah daerah (pemda), dikarenakan ada fungsi dimensi sosial, yang mana hasilnya nanti lebih kepada rekomendasi ke BKIPM pusat dan pemda.

Tim memonitor tiga macam jenis bahaya makanan pangan, yaitu biologi, kimia dan fisik, dirinya menjelaskan untuk bahaya biologi adanya bakteri patogen, salmonella dan e.coli. Sementara untuk bahaya kimia adalah antibiotik, logam berat dan formalin dan yang terakhir bahaya fisik berkaitan dengan adanya serpihan logam, kaca dan kayu pada komoditas perikanan.

“Untuk Tarakan sendiri masih bagus, karena hingga saat ini kami masih belum menemukan adanya kandungan formalin. Kalau antibiotik ada yang diberikan waktu di tambak, tapi di Tarakan tambaknya alami dan tradisional jadi kemungkinan antibiotik juga kecil,” ucapnya.

Dirinya menjelaskan bakteri biasanya masuk ke komoditas perikanan disebabkan lokasi penjualan yang tidak higienis, seperti adanya atap yang bocor dan di atasnya ada kotoran tikus. Sehingga kotoran tikus tersebut terbawa air turun mengenai komoditas perikanan yang dijual. Hal tersebut tentunya membuat bakteri masuk ke komoditas perikanan yang dijual.

“Lokasi penjualan haru dijaga kebersihan, sanitasi dan higienis harus dijaga untuk mencegah masuknya bakteri ke komoditas perikanan yang dijual,” pungkasnya. (jnr/lim)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X