TARAKAN – Tingginya permintaan akan kepiting bakau, potensi pengembangan hatcheryterbuka luas.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kaltara Nur Hasan mengatakan, saat ini pihaknya masih berupaya agar pelaku usaha kepiting yang ada di Kaltara bisa membangunhatchery.“Saya berupaya mendorong teman-teman ke arah sana, karena dengan adanya hatchery kepiting bakau, tentu peluang mengembangkan usaha untuk komoditas perikanan ini cukup terbuka lebar,” ujarnya, Senin (10/8).
Namun untuk membangun hatchery kepiting bakau tidaklah gampang, mengingat butuh teknologi yang dapat membantu keberhasilan pengembangan benih.“Sulitnya pengembangan ada pada tingkat hidup benih kepiting itu sendiri yang hanya sekitar 3 persen.Belum lagi sifat kanibalisme kepiting itu sendiri, memang di Tarakan sendiri sudah ada yang berhasil membangun hatchery kepiting bakau, namun jumlah benihnya masih terbatas,” ungkapnya.
Ia menyadari pemerintah daerah masih dalam kondisi keuangan yang sulit. Sehingga dukungan dalam bentuk anggaran belum tentu dapat direalisasikan.
“Kami hanya berharap pada pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam membangun hatchery kepiting bakau di Kaltara, kalau pemda di Kaltara, saya tidak terlalu banyak berharap bila melihat kondisinya saat ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (DP3) Tarakan, Elang Buana mengatakan, tahun ini pihaknya sempat menganggarkan untuk pembangunan hatchery kepiting bakau, namun akibat dampak pendemi Covid-19, realisasi menunggu di tahun berikutnya.
“Anggarannya dialihkan ke penanganan pendemi Covid-19, jadi tahun ini tidak bisa dibangun, tapi kami tetap mengusulkannya nanti,” ungkapnya.
Rencana pembangunan hatchery di Pantai Amal, berdampingan dengan Balai Benih Udang (BBU) yang sudah ada sebelumnya.
“Nantinya bila memang bisa direalisasikan, pengelolaannya akan dikelola oleh perumda, seperti pengelolaan BBU yang ada disana,” pungkasnya.(jnr/lim)