Okupansi Meningkat, Pemerintah Buka Keringanan

- Senin, 10 Agustus 2020 | 09:44 WIB
int
int

Sektor industri jasa perhotelan dan restoran bangkit dari keterpurukan, dan menggeliat di tengah pandemi. Seiring new normal life alias tatanan kehidupan baru, geliat perhotelan sudah menyentuh di angka 50 persen.

GENERAL Manager (GM) Swiss-Belhotel Tarakan, Ireng Maulana mengatakan saat ini peningkatan omzet sudah mencapai kisaran 55.38 persen. Namun jauh sebelumnya, tepatnya April perhotelan sangat terpuruk.

“Di April kami benar-benar dropyang paling bawah. Karena okupansi hanya 11 sampai 13 persen,” katanya kepada Radar Tarakan, kemarin (9/8).

Perlahan industri perhotelan mulai bangkit. Khususnya Swiss-Belhotel di awal Mei mendapat pesanan kamar sebanyak 23 hingga 28 kamar per hari. Sehingga ada peningkatan sebesar 30 persen, meski adanya perubahan pelayanan dengan mengutamakan protokol kesehatan.

Juni, hunian hotel semakin membaik dengan pendapatan mencapai 41 persen. Namun tarik ulur perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kala itu membawa dampak negatif di dunia perhotelan. “Naik turunnya proses status PSBB membawa pengaruh, karena para pebisnis yang dari luar Tarakan berpikir dua kali. Ditambah lagi syok karena sebelumnya tidak ada pandemi,” katanya.

“Kemudian Juli kami close di 41.74 persen, dan di Agustus kami sudah 55.38 persen,” sambungnya.

Memaksimalkan layanan jasa di tengah pandemi, Swiss-Belhotel pun kembali mempekerjakan tenaga kontrak yang sebelumnya sempat diistirahatkan. “Mulai Juni, tenaga kontrak kami pekerjakan kembali, tapi dipanggil satu per satu sesuai kebutuhan departemen. Alhamdulillah, hari ini (kemarin) semua sudah bekerja, tapi belum full,” jelasnya.

Tetapi pendapatan hotel yang masih jauh dari target, tenaga kontrak belum dipekerjakan secara full dalam satu bulan. Dia berterus terang, dalam situasi normal pendapatan Swiss-Belhotel mencapai Rp 1.8 Miliar. Namun di tengah pandemi ini hanya mampu menyentuh di kisaran angka Rp 600 juta hingga Rp 700 juta.

“Kalau kita pekerjakan 24 hari dengan sistem normal, kita masih belum kuat. Karena kita ada dua, kontrak dan karyawan tetap. Kalau karyawan tetap, mereka tetap bekerja,” bebernya.

Ireng menambahkan, kondisi kelistrikan belakangan ini juga menambah beban di industri perhotelan di tengah pandemi. Sekali padam, per satu jam membutuhkan 50 liter untuk menyalakan genset 650 kVa tersebut.

“Kami gensetnya kan besar. Kalau padam 8 jam itu sudah 400 liter, karena (padam) dari kemarin mulai jam 10 malam sampai jam 6 pagi. Juni saja kita listriknya Rp 80 juta, ditambah bolak balik padam, makin bengkak biayanya. Juga tidak ada informasi pemadaman sebelumnya,” katanya dengan nada kesal.

Seiring dimulainya new normal life, per Agustus pajak hotel, restoran, dan hiburan kembali diberlakukan. Ireng mengatakan, sebelumnya Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan memberi keringanan dengan pembebasan pajak hotel selama 5 bulan, yang terhitung sejak April, Mei Juni, dan Juli. “Tapi mulai Agustus sudah normal kembali dengan pajak 10 persen dari tamu. Karena kami dapat relaksasi dari Pak Wali, mulai Maret sampai Juli pajak dibebaskan,” lanjutnya.

Kendati demikian, dia berharap dengan berlakunya adaptasi kebiasaan baru dapat membawa kemajuan untuk perhotelan di Tarakan. Namun tetap dengan mematuhi protokol kesehatan.

“Karena kalau ada suatu kebijakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, awalnya pasti ada gesekan persepsi untuk pebisnis yang cenderung negatif. Misal, sebelumnya tidak ada biaya sekarang ada tambahan biaya,” tutupnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Eks Ketua KPU Kaltara Bulat Maju Pilkada Bulungan

Jumat, 12 April 2024 | 11:00 WIB

Bupati Bulungan Ingatkan Keselamatan Penumpang

Kamis, 11 April 2024 | 16:33 WIB

Ada Puluhan Koperasi di Bulungan Tak Sehat

Sabtu, 6 April 2024 | 12:00 WIB
X