“Indeks Demokrasi Harus Dicerminkan”

- Jumat, 7 Agustus 2020 | 10:42 WIB
SILATURAHMI: dr. Jusuf SK (kiri) kini menjalani perawatan di kediamanya di Tarakan. Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie (kanan) tampak menjenguk, kemarin (6/8)./ISTIMEWA
SILATURAHMI: dr. Jusuf SK (kiri) kini menjalani perawatan di kediamanya di Tarakan. Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie (kanan) tampak menjenguk, kemarin (6/8)./ISTIMEWA

TARAKAN - Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie datang menjenguk dr. Jusuf SK yang tengah menjalani perawatan di rumahnya sepulang pengobatan di Jakarta. Irianto didampingi sejumlah aparatur di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltara dan pengurus partai politik.

Kepada Radar Tarakan,  Irianto menyebut pertemuannya sebagai bagian dari silaturahmi yang rutin dilakukannya dengan sejumlah tokoh di Kaltara. “Beliau adalah senior saya. Saya kenal Pak Jusuf dari muda, tahun 1985 saya melantik beliau menjadi ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Kotif Tarakan. Bahkan dalam hubungan kerja, saya sempat mengusulkan beliau dari kepala Rumah Sakit Tarakan (RSUD Tarakan) menjadi kepala Rumah Sakit AWS Samarinda saat saya di KNPI Kaltim. Tahun 1998, saya jadi pimpinan Bappeda Kaltim, beliau masih direktur RS AWS, jadi kami punya hubungan kerja. Hampir tiap hari di kantor saya. Dalam Himpunan Mahasiswa Islam, beliau kan senior juga,” ujar Irianto, kemarin (6/8).

Irianto mengungkap jika kontestasi politik hanya persaingan demokrasi. Bukan menjadi sesuatu yang menyebabkan sesama manusia tidak berteguran, tidak bersilaturahmi. “Kita harus berdemokrasi secara matang. Apalagi saya sebagai gubernur. Lalu, Kaltara 5 tahun terakhir masuk dalam indeks demokrasi terbaik. Kita tunjukkan bahwa orang-orang Kaltara ini memang berdemokrasi secara matang. Jadi siapa pun yang jadi calon gubernur atau calon bupati/wali kota di Kaltara, wajib memberikan contoh. Saya misalnya bersama Pak Jusuf, saya dengan Pak Marthin Billa punya hubungan baik. Kita tidak perlu mengembangkan permusuhan, yang akhirnya menimbulkan fitnah, atau dengan berita-berita bohong, yang saling menyakiti. Itu tidak baik, kemudian menimbulkan dendam, itu tidak baik,” tambahnya.

Menurutnya, elite politik semestinya berkolaborasi membangun Kaltara bisa lebih maju. “Kita harus melihat untuk kepentingan yang lebih luas dan visi ke depan. Pak Jusuf pun sama. Saya tidak sendiri tadi, ada sekda, kepala dinas PU, dan beberapa tokoh akademisi di Tarakan, maupun lainnya, yang selama ini mengenal Pak Jusuf sebagai tokoh. Saat saya berkunjung ke Baznas Kota Tarakan dan Majelis Ulama Indonesia Kaltara, kami berdiskusi untuk kemaslahatan, dan saya mengajak untuk mendoakan Pak Jusuf agar cepat sembuh. Bagaimana pun kita harus mengakui jasa-jasa beliau, di Kota Tarakan ini khususnya. Pak Jusuf yang ikut merintis berdirinya Kota Tarakan seperti yang kita nikmati sekarang. Itu saya sampaikan ke teman-teman, itu yang harus kita hargai. Kita enggak boleh melupakan jasa beliau, atau mendustakan jasa beliau,” urainya.

Menurutnya persaingan atau kompetisi politik tidak seumur hidup. Setelah selesai sebuah pemilihan, maka satu sama lain akan tetap hidup berdampingan. “Itulah sebenarnya hidup berintegritas, hidup beragama yang benar. Jangan kita mencapai tujuan, seolah kita tidak percaya dengan Tuhan dan kematian. Tidak percaya dengan kehidupan akhirat, hari pembalasan. Memang sejak awal, sebelum dirawat pun saya sering silaturahmi dengan beliau, ini niat kemanusiaan. Hubungan sesama manusia, dan beliau seorang tokoh Kaltara,” jelasnya.

Dalam pertemuan itu, ungkap Irianto, Jusuf SK belum bisa berbicara banyak. Paham akan kondisi itu, Irianto pun sesekali menunduk mendekatkan telinga ke wali kota Tarakan 2001-2011 itu.  “Istri beliau, anak beliau dr. Ari sangat senang,” imbuh Irianto. (lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X