Masyarakat Harus Bijak Pilah Informasi

- Selasa, 4 Agustus 2020 | 09:43 WIB

TARAKAN – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Utara (Kaltara) tidak membenarkan sudah ada obat atau vaksin yang ditemukan untuk menyembuhkan dan mencegah Covid-19, seperti informasi yang menggegerkan se-Indonesia saat ini.

Ketua IDI Kaltara, dr. Franky Sientoro, Sp.A, mengatakan masyarakat harus bijak memilah berita yang beredar. Apalagi ada yang mengklaim sudah menemukan obat Covid-19, tanpa penjelasan yang rinci mengenai riset atau uji klinisnya. “(Dengar penjelasannya) klaim menemukan obat Covid-19 secara logika tidak masuk akal. Sudah menyembuhkan 2.500 penderita Covid-19, kemungkinan ini ada kebohongan besar kepada masyarakat yang dapat berdampak negatif. Memberikan informasi palsu, harus diproses hukum untuk memberikan efek jera,” katanya kepada Radar Tarakan, Senin (3/8).

Setahunya hingga saat ini dunia belum menemukan satu obat atau vaksin yang dinyatakan secara resmi mampu menangkal virus corona. Sejumlah negara masih melakukan riset terhadap vaksin untuk Covid-19 ini, termasuk yang diuji klinis di Indonesia.

dr. Franky mengatakan saat ini Bio Farma di Indonesia masih dalam tahap kedua uji klinis vaksin tersebut. Sementara negara lainnya, sudah memasuki tahap ketiga.

Dijelaskannya, tahap pertama merupakan tahapan uji laboratorium. Kemudian tahap kedua diuji ke hewan. Serta tahap ketiga diuji ke manusia namun dalam jumlah terbatas. Untuk melewati serangkaian tahapan ini pun bukan hitungan hari, melainkan berbulan-bulan.

“Dia harus disuntik minimal 3 kali. Misalnya satu bulan, nanti 4 bulan, kemudian 6 bulan disuntik lagi. Seberapa antibodi yang terbentuk, kalau misalnya tinggi atau banyak maka vaksin itu bisa dimanfaatkan. (Penelitian) itu bisa membutuhkan waktu sekitar 9 bulan sampai setahun,” jelasnya.

“Semoga di akhir 2020 sudah ada vaksinnya. Sampai hari ini tidak ada obat yang bisa menjamin penyembuhan Covid-19. Masih penelitian vaksin,” sambungnya.

Untuk sementara ini, penderita yang sudah terpapar Covid-19 secara tidak langsung membentuk antibodi terhadap virus tersebut. Dikatakannya, dengan antibodi yang terbentuk dari dalam tubuh, melawan virus tersebut sehingga sembuh.

Agar dapat bertahan, penderita meningkatkan imunitas atau kekebalan tubuh. Entah itu dengan vitamin, dan asupan nutrisi lainnya.

“Imun yang melawan virus itu. Yang viral menemukan ramuan herbalnya. Masyarakat memang mengharapkan obat, tapi menurut perkembangan ilmiah, kita belum menemukan obat. Paling tidak menunggu vaksin,” katanya.

Dalam hal ini, dr. Franky mengimbau per 1 Agustus, Tarakan sudah memasuki adaptasi kebiasaan baru atau new normal life. Masyarakat diminta tetap waspada, menjaga jarak dan melakukan protokol kesehatan lainnya. “Surat edaran pemerintah kota bahwa di bandara dan pelabuhan sudah tidak ada screening. Tapi kami dari IDI juga mengimbau tetap ada pemeriksaan untuk orang yang berasal dari daerah zona merah atau hitam. Baik pemeriksaan surat rapid test atau swab, mungkin dari tim kesehatan pelabuhan. Kita harus tetap waspada dan melakukan protokol kesehatan,” tutupnya. (*/one/lim)

 

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X