TARAKAN - Kegiatan ekspor kepiting berangsur-angsur normal kembali, setelah Pemerintah Malaysia membuka kembali kegiatan ekspor dan impor di daerah perbatasan pada Mei lalu. Sebelumnya Pemerintah Malaysia sempat melakukan penutupan kegiatan ekspor dan impor akibat pandemi Coronavirus disease (Covid-19).
Kasi Pengawasan, Pengendalian dan Informasi pada Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu (BKIPM) Tarakan, M. Roy Pahlavi mengatakan, ekspor kepiting ke Malaysia sudah terlihat normal. “Peningkatan ekspor ke Malaysia terlihat pada bulan Mei, di mana pada saat itu ada 132.000 Hds (Heavy Duty Surcharge-Biaya tambahan beban berat,Red) kepiting yang diekspor ke Malaysia dengan nilai ekonomis Rp 2.640.000.000. Sementara pada bulan Juni meningkat menjadi 341.000 Hds dengan nilai ekonomis Rp 6.820.000.000, begitupun pada bulan Juli. Pada data terakhir per tanggal 25 Juli terjadi peningkatan menjadi 390.148 Hds dengan nilai ekonomis Rp 7.436.480.000,” ucapnya, Rabu (29/7).
Diketahui, pengiriman kepiting sempat terhenti pada bulan April dimana pada saat itu Pemerintah Malaysia melakukan penutupan ekspor dan impor komoditi yang disebabkan dampak dari Covid-19. “Jadi ekspor dan impor kepiting ke Malaysia hanya kosong pada bulan April, dimana pada saat itu Pemerintah Malaysia melakukan lockdown dan menutup kegiatan ekspor dan impor akibat dampak Covid-19,” ungkapnya.
Roy menjelaskan, meningkatnya kegiatan ekspor dan impor ke Malaysia, tidak lepas dari batas waktu pelaksanaan kegiatan open season sesuai dengan Surat Edaran (SE) Nomor B-205/MEN-KP/IV/2020 dimana batas waktunya hingga 31 Juli. “Open season tahun ini sesuai dengan SE Nomor B-205/MEN-KP/IV/2020 dimulai 16 April hingga 31 Juli. Bulan ini merupakan bulan terakhir sehingga terjadi peningkatan jumlah ekspor kepiting,” ujarnya.
Selain melakukan eskpor kepiting ke negara tetangga Malaysia, ekspor kepiting juga dilakukan ke negara Taiwan dan Singapura, namun kebanyakan kepiting yang diekspor merupakan kepiting beku. “Dari data yang kita miliki untuk kegiatan ekspor kepiting beku selain ada yang ke Malaysia, ada juga ke Taiwan dan Singapura. Namun frekuensi pengirimannya tidak sebanyak dengan kepiting fresh yang kebanyakan dikirim ke Malaysia,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kaltara, Nur Hasan mengatakan, dibukanya kembali ekspor dan impor ke Malaysia memberikan dampak positif bagi pelaku usaha perikanan khususnya kepiting. Sebelumnya pelaku usaha kesulitan untuk menjual hasil perikanannya. “Alhamdulillah sekarang sudah banyak pilihan dalam pengiriman hasil perikanan, bisa melalui pesawat ataupun langsung ke negara Malaysia. Kami harapkan kondisi ini berangsur-angsur pulih,” harapnya. (jnr/fly)