Gawat Bah..!! Ternyata Kaltara Zona Tiga Lintasan Gempa Bumi

- Selasa, 30 Juni 2020 | 10:38 WIB
DETEKSI GEMPA: Alat WRS akan dipasang di Kantor BPBD Kaltara untuk menyampaikan informasi gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kaltara./PIJAI PASARIJA/RADAR KALTARA
DETEKSI GEMPA: Alat WRS akan dipasang di Kantor BPBD Kaltara untuk menyampaikan informasi gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kaltara./PIJAI PASARIJA/RADAR KALTARA

TANJUNG SELOR – Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas III Tanjung Harapan, wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) masuk dalam zona tiga lintasan gempa bumi. Artinya, ada kemungkinan untuk terjadi gempa bumi.

Kepala BMKG Tanjung Harapan, Muhammad Sulam Khilmi mengatakan, menurut catatan sejarah gempa di Kalimantan, setiap tahun selalu ada gempa. Namun hanya gempa kecil. “Seperti yang saya katakan dahulu bahwa kita masuk zona tiga,” kata Sulam kepada Radar Kaltara, Senin (29/6).

Artinya, potensi untuk terjadi gempa tetap ada. Namun potensinya tidak tinggi seperti zona dua dan satu. “Kalau kita mengulas kembali sejarah 100 tahun silam, kita pernah mengalami gempa berkekuatan 7 skala richter (SR). Artinya, potensi untuk terjadi gempa itu tetap ada,” ungkapnya.

Oleh karena itu karena potensi gempa ada, maka perlu dilakukan antisipasi dengan sistem informasi menggunakan alat warning receiver system (WRS). “Mulai kemarin alat sudah dipasang di kantor BPBD (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Kaltara,” sebutnya.

Sebelumnya, alat WRS juga sudah dipasang di Kota Tarakan. Setelah di Tanjung Selor tahap selanjutnya WRS juga akan di pasang di Kabupaten Nunukan. “Alat ini dipasang untuk mempercepat informasi kepada BPBD. Karena yang berwenang menginformasikan BPBD,” sebutnya.

Sulam menambahkan, wilayah Indonesia merupakan bagian dari jalur gempa dunia yang terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Alor, Laut Banda, Seram, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. “Sebagai wilayah yang terletak pada jalur gempa aktif, kondisi fisiografi wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh aktivitas tumbukan 3 lempeng tektonik utama dunia, yaitu Lempeng Indonesia-Australia, Eurasia, dan Pasifik,” ungkapnya.

Ketiga lempeng tektonik tersebut bertumbukan dan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain, menjadikan wilayah Indonesia sebagai salah satu kawasan rawan gempa dan tsunami di dunia. “Secara umum, kita memiliki 13 segmentasi sumber gempa megathrust. Selain itu kita juga memiliki sebanyak 295 segmentasi sesar aktif,” ungkapnya.

Berdasarkan kondisi tektonik yang kompleks ini, maka gempa dapat terjadi kapan saja dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.  “Hasil monitoring (pemantauan, Red) menunjukkan selama periode 2008-2019, rata-rata dalam setahun terjadi gempa sebanyak 5.818 kali, gempa signifikan dengan magnitudo di atas 5,0 sebanyak 347 kali dan 2 tahun sekali terjadi gempa berpotensi tsunami,” jelasnya.

Terkait kondisi wilayah Indonesia yang rawan gempa dan tsunami ini, BMKG memiliki tugas dan kewajiban dalam menyediakan informasi gempa dan peringatan dini tsunami yang tertuang dalam Undang-Undang (UU) nomor 31 tahun 2009 dan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 93 tahun 2019.

Sebagai salah satu implementasi dari tugas dan kewajiban tersebut BMKG melaksanakan kegiatan pemasangan alat penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yaitu WRS di berbagai wilayah rawan gempa dan tsunami di Indonesia. Sejak tahun 2008 BMKG sudah memasang sebanyak 275 peralatan WRS. Namun demikian, mengingat peralatan WRS masih sangat dibutuhkan oleh pemerintah daerah (pemda) dan kantor lembaga/kementerian terkait, maka pada tahun ini BMKG memasang WRS generasi terbaru di 315 lokasi.

“WRS generasi terbaru yang tentu saja menggunakan teknologi terbaru ini memiliki nama baru yaitu WRS NewGen yang berbeda dengan WRS sebelumnya. WRS NewGen merupakan terobosan baru BMKG dalam penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, yang memberikan informasi gempa bumi secara lebih cepat karena bersifat real time (waktu sebenarnya).

Percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini akan memastikan stakeholder dapat mengambil langkah penting selanjutnya secara cepat dalam penanganan bencana, sehingga  memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana. WRS NewHen dapat menyajikan informasi dalam waktu kurang dari 3 menit bahkan bisa dalam waktu 2 menit setelah terjadi gempa bumi. Karena informasi ini bersifat real time sehingga meskipun parameternya bersifat sementara namun dapat digunakan oleh BPBD atau pemangku kebencanaan untuk segera mengambil respons cepat guna  melakukan langkah-langkah upaya mitigasi.

Sehingga diharapkan dapat mengurangi korban jiwa dan dampak gempa lainnya secara dini. Dengan terpasangnya WRS NewGen ini diharapkan dapat meningkatkan performa penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dari BMKG di Jakarta ke kantor unit pelaksana teknis BMKG, pemerintah daerah (pemda), kemeterian/lembaga, media, dan lembaga lain yang terkait penanganan bencana.

“Harapan kita dengan adanya percepatan penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami ini akan dapat mempercepat respons dalam penanganan bencana, sehingga dapat memberikan manfaat nyata dalam menyelamatkan masyarakat Indonesia dari bencana,” bebernya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X