TANJUNG SELOR - Di tengah kondisi defisit anggaran, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan belum dapat berbuat banyak terkait kerusakan sejumlah ruas jalan di dalam kota. Khususnya ruas Jalan Pinus yang kerap tergenang air.
Bupati Bulungan H. Sudjati mengatakan, untuk saat ini perbaikan masih sulit untuk dilakukan. Karena kemampuan keuangan daerah masih sangat terbatas. Ditambah, kondisi sekarang ini pendemi Covid-19. "Bukan di Jalan Pinus itu saja yang butuh perbaikan, masih ada beberapa ruas jalan lainnya yang perlu diperbaiki. Namun, karena keuangan terbatas tidak semua bisa terakomodasi," kata Sudjati kepada Radar Kaltara, Sabtu (27/6).
Untuk menyiasati defisit anggaran kegiatan fisik prioritas dibagi untuk beberapa kegiatan. Contoh, perbaikan Jalan Rajawali dan Jalan Cendana. "Anggaran pengerjaan yang seharusnya untuk Jalan Rajawali. Tapi karena kondisi Jalan Cendana urgen mau tidak mau anggaran dibagi," bebernya.
Sebetulnya semua kegiatan prioritas. Namun kembali lagi keuangan daerah masih sulit. Di dalam kota, kata Sudjati, ada beberapa ruas jalan kondisinya rusak parah. Salah satunya jalan penghubung Jalan Padaelo-Jalan Sabanar Lama. "Tapi kita tidak bisa berbuat banyak, karena memang anggaran tidak bisa support (dukung)," bebernya.
Selain di dalam kota, ruas jalan di kecamatan juga masih banyak yang perlu dilakukan perbaikan. Tentunya untuk mengakomodasi semua itu sekarang ini masih sulit. Namun demikian, pihaknya akan berupaya mengusulkan perbaikan, baik provinsi maupun pusat. "Di wilayah kecamatan itu masih banyak yang perlu perbaikan," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPU-PR) Bulungan H. Fakhrudin mengakui bahwa kondisi drainase di Jalan Pinus itu terlalu rendah dari badan jalan. Sehingga ketika hujan air menggenang hingga ke badan jalan. "Aset memang masih di kita. Tapi untuk perbaikan masih sulit. Dahulu memang sempat dilekukan perbaikan, tapi tetap saja masih menggenang," bebernya.
Apalagi di tengan kondisi pendemi Covid-19 seperti sekarang ini anggaran banyak fokuskan untuk penanganan di daerah. Namun demikian, pihaknya akan berupaya mencari anggaran lain untuk perbaikan. "Kalau rusaknya tidak parah bisa saja diperbaiki," ujarnya.
Sebaliknya, jika kondisi kerusakan sudah mencapai angka 80 persen tentu akan sulit untuk dikerjakan. "Susah sekarang ini. Karena rata-rata anggaran untuk penanganan Covid-19," pungkasnya. (*/jai/eza)