Kisah Chandra, Mantan Pecandu Narkotika Jadi Konselor

- Sabtu, 27 Juni 2020 | 10:40 WIB
Muhammad Chandra Husada
Muhammad Chandra Husada

Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) diperingati setiap 26 Juni, hari ini. Muhammad Chandra Husada alias Chandra, pria kelahiran Tarakan ini sangat bersyukur bisa terbebas dari jerat narkoba yang membelenggu masa mudanya.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

SEPULUH tahun lalu, pria berusia 33 tahun ini termasuk pecandu narkoba ‘kelas lalap’. Bayangkan, sejak 2004, saat masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA, hingga 2014 silam, dia terjerat dengan dunia narkotika jenis sabu-sabu.

Sekali bakar dan hisap, merogoh koceh sebesar Rp 400 ribu. Konon, bagi pengguna ataupun pecandu narkoba, harga kemarin tidak akan sama dengan kebutuhan esok hari. Setiap menggunakan, ada peningkatan. Komposisi kemarin, tidak mempan di hari berikutnya. Dinikmatinya dunia gelap itu. Nasehat orang tua pun tidak lagi didengar. Dikucilkan di keluarga, apalagi di lingkungan masyarakat, juga tidak membuatnya jera. “Tapi alhamdulillah orang tua tidak pernah mengusir, tidak pernah memukul. Saya sempat kuliah di Malang, mau masuk tahun keempat saya pulang ke Tarakan, alasannya pun tidak masuk akal, karena capek,” awalnya bercerita kepada Radar Tarakan, Rabu (24/6).

Awal mulanya berurusan dengan narkotika, diakuInya karena salah pergaulan. Pengaruh lingkungan. Sebenarnya selama melanjutkan pendidikan di Malang, dia berhenti menghisap sabu-sabu. Karena berada di lingkungan yang bebas dari barang haram itu. “Menurut pengalaman saya, itu bukan dari coba-coba. Tapi karena lingkungan. Selama di Malang saya berhenti, karena di lingkungan enggak ada yang begitu. Tapi setelah balik ke Tarakan, pengguna (sabu-sabu) lagi,” lanjutnya.

Akhirnya, dalam 2014, tahun yang benar-benar terpuruk baginya. Entah harus berbuat apa, tidak peduli lagi dengan masa depannya. Tapi dalam hatinya, ada keinginan untuk berubah. Ingin meninggalkan barang haram itu. “Benar-benar menyerah, tidak tahu mau ngapain. Akhirnya Tuhan kasih saya jalan dan kesempatan untuk berubah. Alhamdulillah, orang tua adalah dukungan terbesar. Orang tua juga yang bawa rehabilitasI di Samarinda,” kenangnya.

“Saya menikah tahun 2014, itu saya masih seorang pengguna narkoba. Tapi istri saya mau bertahan dan dukung saya untuk berubah. Mau menerima saya, dan istri saya pantas untuk dipertahankan. Karena dulu sering ditinggal pacar pas ketahuan seorang pengguna,” sambungnya.

2015 selesai menjalani rehabilitas di Samarinda. Diberikan terapi dan pelatihan, akhirnya membuatnya pulih dari kecanduan narkotika. Merasa terbantu terlepas dari belenggu narkotika, dia tergerak ingin menjadi konselor untuk membantu para pecandu lainnya terlepas dari jeratan itu.

Mengambil pendidikan selama 3 bulan untuk menjadi konselor. Sebelum kembali ke Tarakan, dia pun sempat menjadi pegawai di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalimantan Timur, di Samarinda. Itulah awal mula kariernya.

“Karena dulu saya juga dibantu, ada niat berubah dan ketemu jalannya kenapa saya enggak bantu mereka untuk berubah. Mau membangun kota sendiri, akhirnya saya beranikan diri kembali ke Tarakan,” katanya.

Kembali ke Tarakan sekitar 2017 lalu. Saat itulah dibuka Yayasan Sekata Cabang Kalimantan Utara (Kaltara), yang saat ini beralamatkan di Gang Rengas Dua, Perumnas, Tarakan Barat. Yayasan ini di bawah naungan Kementerian Sosial (Kemensos) RI. Selamatkan Anak Kita (Sekata) ini wadah yang menangani orang yang terlibat dengan kasus narkoba.

“Yayasan ini terbentuk sejak 2015 yang pusatnya di Samarinda. Di yayasan ini saya sebagai konselor atau pendamping untuk pecandu yang menjalankan program rehabilitasi. Untuk program rehabilitasi dijalankan 6 bulan,” jelasnya.

Di Yayasan Sekata ini, orang yang pernah terlibat dengan masalah narkoba. Mulai dari pendamping, hingga pekerjanya. Sejak yayasan ini terbentuk, sudah menyelamatkan ratusan masa depan anak Kaltara. Mulai dari usia 14 tahun, hingga 45 tahun.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Pembangunan Tiga PLBN di Kaltara Klir

Senin, 6 Mei 2024 | 17:40 WIB

BPPW Target 6.691 SR Air Bersih di Kaltara

Sabtu, 4 Mei 2024 | 18:15 WIB

Ada Empat Tantangan Pendidikan di Kaltara

Sabtu, 4 Mei 2024 | 15:30 WIB
X