Ladang Pahala di Masa Pandemi

- Senin, 4 Mei 2020 | 19:31 WIB
Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie. RADAR TARAKAN
Gubernur Kaltara Dr. H. Irianto Lambrie. RADAR TARAKAN

KEBIJAKAN pembatasan sosial ‘terpaksa’ harus dilakukan pemerintah untuk mencegah penularan virus corona atau Covid-19. Masyarakat diminta untuk menjaga jarak, tidak berada dalam kerumunan, dan lebih utamanya di rumah saja.

Tak hanya di Jakarta atau di beberapa daerah yang menjadi episentrum pandemi Covid-19, kebijakan pembatasan sosial juga berlaku di semua wilayah Indonesia. Tak terkecuali di Kalimantan Utara yang kita cintai.

Penting untuk melindungi masyarakat dari penyebaran virus. Namun tidak dipungkiri, pembatasan sosial ini berdampak pada banyak hal. Tak hanya dari sisi ekonomi dan sosial. Tapi juga berdampak dalam pelaksanaan ibadah.

Termasuk bagi umat muslim yang saat ini tengah menjalani ibadah puasa Ramadan. Beberapa tradisi yang biasa dilakukan tiap tahun, tahun ini tidak ada lagi.

Tak terdengar suara teriakan anak-anak menangis di masjid saat jemaah akan melaksakanakan salat tarawih, tidak terngiang suara lirih orang bertadarus membaca Alquran di surau. Tak ada lagi buka puasa bersama yang biasa ramai di masjid dan musala setiap senja magrib tiba. Pasar Ramadan yang biasanya penuh dengan berbagai penganan dan minuman berbuka puasa, juga tahun ini tidak ada.

Berat. Bagi sebagian umat muslim ini situasi ini memang berat. Karena sudah kebiasaan, dan untuk mengubah kebiasaan memang berat. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka ini harus kita lalui, bahkan wajib kita jalani. Untuk itulah, saya mengimbau mari kita patuhi anjuran ini.

Mematuhi anjuran untuk menjalani social distancing (jaga jarak) atau tetap berada di rumah, merupakan bagian dari ibadah. Karena ini termasuk salah satu ikhtiar kita untuk mencegah penyebaran wabah penyakit.

Dalam riwayat hadis, Rasulullah SAW bersabda; bahwa kita tidak boleh mencari atau menjemput bahaya dan juga kita tidak boleh menularkan bahaya itu kepada orang lain.

Beribadah di rumah tidak akan mengurangi kualitas, yang terpenting dalam melaksanakan ibadah harus ada keikhlasan dan kekhusyukan.

Kualitas ibadah kita insyaallah tidak berkurang dengan kita berada di rumah. Kualitas ibadah kita tidak hanya ditentukan locus (tempat) di mana kita beribadah, tapi tidak kalah pentingnya adalah kualitas ibadah kita ditentukan oleh keikhlasan kita, ditentukan oleh kekhusyukan kita, ditentukan oleh jiwa kita.

Tidak bersembahyang atau salat di masjid, bukan berarti pahala kita harus berkurang.  Banyak ladang pahala lain yang bisa kita dapatkan di masa pandemi seperti sekarang.

Lantunan Alquran yang tidak terdengar di masjid atau surau, bisa kita gaungkan dari rumah-rumah. Bahkan Rasulullah menganjurkan, agar umat muslim menghidupkan rumah-rumahnya dengan bacaan Alquran.

Saya mengajak, mari kita hidupkan rumah kita dengan lantunan alquran, dengan berjamaah bersama keluarga.

 

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X