Dikenal Mancanegara, Perlu Perhatian Pemerintah

- Selasa, 31 Maret 2020 | 12:57 WIB
PERJUANGAN: Sri Tiawati atau Sukhet saat mengajar anak didiknya di pedalaman Semeriot, Sekatak, Bulungan, Sabtu (14/3) malam. FOTO: RACHMAD RHOMADHANI/RADAR TARAKAN
PERJUANGAN: Sri Tiawati atau Sukhet saat mengajar anak didiknya di pedalaman Semeriot, Sekatak, Bulungan, Sabtu (14/3) malam. FOTO: RACHMAD RHOMADHANI/RADAR TARAKAN

Sekolah Adat Punan Semeriot (SAPS) sudah berjalan tahun kelima di RT 03, Desa Ujang, Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan, sekira 175 km dari Ibu Kota Kalimantan Utara (Kaltara), Tanjung Selor. Mengunjungi sekolah itu, perlu menempuh perjalanan sepanjang 139 km via darat, dan sekira 30-an km jalur sungai. Sekolah itu berdiri di sebuah wilayah yang terisolir. Untuk sampai ke sana, menantang jeram.

RACHMAD RHOMADHANI

DENI (28), seorang staf Desa Punan Dulau. Ia salah satu sosok yang kerap membantu proses belajar mengajar di SAPS. Rabu (11/3), ia baru tiba di Tanjung Selor. Malamnya ia menerima Radar Tarakan usai merampungkan urusannya di Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Bulungan.

Deni ramah menerima permintaan wawancara. Baginya SAPS merupakan sekolah yang memiliki peran penting di Desa Ujang dan sekitarnya. Meski kondisinya memprihatinkan.

“Di Desa Ujang, khusus Semeriot sangat butuh banyak perhatian. Pendidikannya, kesehatan maupun infrastruktur lainnya,” kata dia mengawali wawancara dengan Radar Tarakan.

SAPS menjadi satu-satunya fasilitas pendidikan di perkampungan Semeriot. Di perkampungan itu ada sekira 29 kepala keluarga dengan 132 jiwa. Di SAPS itu ada siswa yang usianya 27 tahun. “Di sekolahnya ini Sabtu-Minggu belajarnya. Kadang enggak tiap minggu, karena tak ada guru tetap. Kalau Bu Sri (pendiri) datang, kegiatannya jalan lagi. Sama dengan saya, ketika ada waktu, saya membantu (mengajar),” kisahnya.

Esoknya, Radar Tarakan memutuskan memulai perjalanan menuju sekolah rimba itu, melihatnya lebih dekat.

Kamis (12/3), Radar Tarakan mengendarai matik berangkat dari Tanjung Selor sekira pukul 15.00 WITA. Tujuan awal Desa Kelembunan.

Alam tak cukup bersahabat. Hujan deras. Hingga jam menunjuk 16.44 WITA, hujan pun reda. Perjalanan darat sepanjang 139 km. Kendaraan berpacu di Jalan Poros Bulungan-Berau. Sekira 6 km perjalanan, kendaraan menanjak ke Jalan Poros Bulungan-Malinau. Jalannya beraspal dan mulus.

Jam menunjuk 18.35 WITA, perjalanan menginjak 70 km, tepat di Karang Agung, Kecamatan Tanjung Palas Utara, masih bagian Kabupaten Bulungan. Dari Karang Agung ke arah Jalan H.M. Ardans, kemudian lanjut menyusuri Jalan Poros Bulungan-Malinau. Pewarta akhirnya memilih rehat di Desa Panca Agung. Sekira 73 km perjalanan.

Matahari sudah terbenam. Perjalanan masih tersisa sekira 60-an km. Pilihannya lanjut atau bermalam di Panca Agung. Pewarta memilih melanjutkan perjalanan kendati sepanjang jalan sulit ditemui penerangan.

Dari Panca Agung ke Mantadau. Hari semakin gelap. Sepanjang jalan terasa sunyi. Kendaraan yang berpapasan pun hanya hitungan jari.

Melewati Mantadau, perjalanan memasuki Sekatak Bengara, Kecamatan Sekatak. Sekira pukul 19.05 WITA. Perjalanan masih jauh.

Desa Pentian, Kecamatan Sekatak adalah desa yang dilalui pewarta selanjutnya. Sederet desa-desa yang dilalui pewarta ini belum banyak permukiman. Malam perjalanan itu hanya mengandalkan lampu motor. Cuaca juga sedang mendung.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X