NUNUKAN – Semenjak pemerintah Malaysia memutuskan me-lockdown negaranya, komoditas unggulan perikanan Nunukan mati suri. Nilai ekspor anjlok, pembeli dari Malaysia minim, beruntung hasil laut masih bisa dijual ke masyarakat Nunukan.
Untungnya lagi, harga jual ikan di pasaran masih stabil. Selain menjual ikan hasil perikanan Nunukan, nelayan juga menjual ikan asal Sulawesi. Namun, nelayan tidak bisa memastikan harga normal akan bertahan lama.
Kepala Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik, Iswandi Rahman mengatakan, memang pasca Malaysia lockdown, nilai ekspor komoditas perikanan asal Nunukan menurun drastis. “Bagaimana tidak, para pembeli tidak ada lagi mau membeli, semuanya tutup. Akhirnya nelayan juga ikut istirahat, ini juga terjadi di Tarakan dan sekitar Kaltara,” ujar Iswandi.
Dikatakan Iswandi, nilai ekspor komoditas perikanan Nunukan seperti ikan bawal hitam, ikan bawal putih, ikan kakap merah, udang, kepiting yang biasa diekspor ke Malaysia, nilainya bisa mencapai angka Rp 15 miliar dalam sepekannya. Saat ini, dalam sepekan nilai ekspornya hanya mencapai Rp 5 miliar saja.
“Itu data terakhir sebelum lockdown, sekarang sudah tidak ada aktivitas ekspor lagi,” tambah Iswandi.
Terhentinya aktivitas ekspor itu pun langsung disampaikn ke Direktorat Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sebab, ada sejumlah langkah yang dijadikan acuan SKPT Sebatik selama kasus Covid-19 masih terjadi.
Seperti menyediakan alat pelindung diri (APD) di setiap pelabuhan berupa baju pelindung diri, masker, sarung tangan, hand sanitizer dan penyemprotan antiseptik. Kemudian, pembatasan jam kerja bagi petugas di pelabuhan khususnya di pelayanan publik dan pembatasan orang keluar masuk di pelabuhan yang tentunya ada regulasi aturan berkaitan dengan beban kerja dan absensi.
Selanjutnya memberikan bantuan kepada nelayan kecil yang tidak bisa melaut, disebabkan hasil tangkapan tak bisa dipasarkan khususnya di wilayah Sebatik. Serta memberikan bantuan kepada nelayan yang terindikasi virus tersebut.
“Ya, jadi demikian, yang paling utama memang harus memberikan jaminan kepada nelayan untuk hasil tangkapannya dapat dibeli oleh ICS yang dikelola oleh pemerintah,” beber Iswandi.
Di tempat berbeda, Jepri, seorang nelayan ikan di Pasar Tradisional Jamaker mengatakan, semenjak Malaysia lockdown, penjual ikan memang sempat dibuat susah karena terbiasanya impor ikan dari Tawau, Malaysia. Opsi lain selain Malaysia yakni dari Tarakan. Sementara di Tarakan juga diakui Jepri, nelayan kesulitan mendapatkan ikan selain melaut sendiri. “Kami kebetulan dari Sulawesi datangkan ikan,” ujar Jepri.
Meski mendatangkan ikan dari Sulawesi, pihaknya tidak menjual ikan dengan harga mahal melainkan masih dengan harga normal. Meski begitu, harga normal tidak dipastikannya bisa bertahan karena kebutuhan ikan didatangkan dari Sulawesi.
“Kalau naik itu karena ongkos kita juga lebih, tapi saat ini masih normal saja, jadi aman saja. Ya semoga lockdown tidak diperpanjanglah,” harap Jepri. (raw/eza)