Hari Keenam Sisir Hutan Bakau

- Rabu, 4 Maret 2020 | 11:34 WIB
LANJUTAN PENCARIAN: Pencarian nelayan tenggelam oleh tim SAR gabungan di perairan Pulau Baru belum menemui hasil, kemarin (3/3).
LANJUTAN PENCARIAN: Pencarian nelayan tenggelam oleh tim SAR gabungan di perairan Pulau Baru belum menemui hasil, kemarin (3/3).

TARAKAN - Sampai hari keenam pencarian korban speedboat terbalik di perairan Pulau Baru, Yusuf alias Suffu belum ditemukan. Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan SAR Tarakan Amiruddin AS mengatakan tim gabungan belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban terakhir dari 3 orang yang dilaporkan hilang. Meski jarak area pencarian sudah diperluas hingga puluhan mil laut, pencarian  hingga pukul 17.30 WITA Selasa (2/3) belum membuahkan hasil. "Jadi pada hari keenam kami lakukan pencarian pagi itu agak sedikit telat sekitar pukul 07.20 WITA dikarenakan kondisi hujan cukup deras. Namu. Para tim gabungan tetap maksimalkan proses pencarian," bebernya.

"Kalau area pencarian memang kita menyisir di kawasan korban terakhir yang berada di daerah Binalatung hingga ke area Pantai Amal," terangnya.

Tim gabungan pencarian dibagi menjadi tiga. Satu tim hanya difokuskan mengitari beberapa pulau terutama hutan bakau. "Jadi kami itu fokuskan satu tim untuk memantau beberapa pulau di sekitar untuk melihat apakah ada tanda-tanda keberadaan korban, namun sampai dengan hari keenam kami belum temukan tanda-tanda lainnya seperti baju atau tas yang digunakan, semoga saja di hari terakhir membuahkan hasil," lanjutnya.

Wacana pencarian korban di hari terakhir, dari hasil evaluasi yang dilakukan pada hari keenam. Tim gabungan sudah tidak melihat tanda-tanda keberadaan korban tersebut. "Jadi hari terakhir kami harus maksimal, kami akan segera berkoordinasi dengan pihak keluarga. Bahkan pihak keluarga juga sangat menyambut baik apa yang kami lakukan sampai dengan saat ini bahkan mereka juga turut terlibat. Kami akan upayakan di hari terakhir bisa menemukan hasil," tambahnya.

 

INGAT JAKET PELAMPUNG

Imbauan pentingnya menggunakan life jacket (jaket pelampung) ketika mengikuti pelayaran kembali disampaikan Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Tarakan, Pasca perisitwa kecelakaan laut (lakalut) yang terjadi di sekitar Pulau Baru yang masih masuk perairan Tarakan pada Kamis (27/2).

Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli pada KSOP Tarakan Syahruddin mengatakan, berkaca dari kejadian lakalaut tersebut, perlu terus menjaga keselamatan.

“Siapapun yang sedang berlayar, baik itu nelayan ataupun petambak, selama ada dilaut wajib menggunakan life jacket,” ucapnya, Selasa (3/3).

Dirinya menilai sehebat apapun seseorang yang bisa berenang di laut, pasti punya batasan dan kelelahan bila tidak menggunakan life jacket, sehingga peluang untuk orang yang tidak menggunakan life jacket tersebut untuk bisa selamat sangat kecil.

“Berbeda bila kita menggunakan life jacket, kita bisa tetap mengapung meski kondisi sedang kelelahan,” ucapnya.

Dirinya meminta penggunaan life jacket bisa langsung digunakan dibadan ketika berlayar.

“Namanya kecelakaan tidak bisa diprediksi, kapan dan dimana, tidak mungkin ketika kecelakaan terjadi baru pakai life jacket,” tuturnya.

Penggunaan life jacket langsung di badan juga untuk mengantisipasi benturan yang terjadi ketika kecelakaan. Benturan tersebut berpotensi membuat kehilangan kesadaran.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X