Dari Huangshi ke Wuhan, Hanya Lihat Ambulans dan Polisi

- Jumat, 21 Februari 2020 | 09:59 WIB
SEHAT BERSAMA: Abadikan momen foto bersama sebelum berpisah dari Natuna, Kepulauan Riau.
SEHAT BERSAMA: Abadikan momen foto bersama sebelum berpisah dari Natuna, Kepulauan Riau.

Lima hari berkumpul bersama keluarga, setelah melewati perjalanan panjang, Alvin Xavier Wairisal (20) merasa lebih tenang di kampung halamannya. Ya, di Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara (Kaltara). Seperti yang diketahui, dia tiba bersama rombongan Minggu (16/2) siang.

LISAWAN YOSEPH LOBO

ALVIN Xavier Wairisal, salah satu mahasiswa asal Kaltara yang menimba ilmu di Negeri Tirai Bambu. Tepatnya di Hubei Polytechnic University, Huangshi, yang mengambil jurusan kedokteran.

Setelah tiba di Malianu, dia menjalani kesehariannya seperti biasanya. Meski tidak di negara yang sama, tetapi perkuliahan secara online sudah berjalan sejak Senin (17/2) beberapa hari lalu.

Sebelumnya Covid-19 ini sempat menghambat proses perkuliahan di Tiongkok. Termasuk di Huangshi. Beberapa minggu libur secara darurat, kini dia kembali disibukkan dengan perkuliahan meski jauh dari teman-teman kelasnya.

Bingung menggambarkan suasana hatinya, namun di sisi lain dia tidak pernah menyangka pulang ke kampung halamannya secepat ini. Baru mau masuk semester 2, dan belum tahu kapan lagi berkumpul bersama keluarganya di kampung. Terakhir berjumpa, sekitar Agustus 2019 lalu.

Sejak menjalani masa observasi di Natuna, Kepulauan Riau pun dia sudah tidak sabar melewati 14 hari agar segera berkumpul bersama keluarga.

“Lebih tenang, sudah enggak jauhan sama keluarga. Karena sudah lama juga enggak ketemu. Jadi tidak pernah menduga juga bisa pulang mendadak seperti ini,” kata anak kedua dari 3 bersaudara ini.

Beruntung selama masa observasi di Natuna, dilewati dengan penuh kebahagiaan. Serba teratur. Mulai dari jam istirahat, sarapan, makan bersama, olahraga bersama, dan semua kegiatan yang dilalui bersama mahasiswa dari daerah-daerah lainnya. Masa 14 hari itu pun tidak terasa berakhir.

“Ketemu teman-teman baru, dokter-dokternya juga baik dan ramah. Yang paling saya ingat itu ada dance, kita olahraga bareng juga. Kita tetap jaga kesehatan selama di Natuna,” ceritanya singkat.

Membayangkan bisa pulang ke kampung halaman sejak dia di asrama kampus, Huangshi. Sekitar 21 Januari keganasan Covid-19 menggegerkan dunia. Mondar mandir di luar kampus pun tidak lagi diizinkan, semenjak korban Covid-19 berjatuhan.

Seketika aktivitas ‘lumpuh’. Termasuk toko-toko dan supermarket ditutup. Melalui Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT), mereka bertukar kabar dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).

“Kabar virus itu akhir Desember 2019 di Wuhan, tapi belum berdampak ke kota lain. Sekitar 21 Januari, toko-toko dan supermarket sudah mulai ditutup. Kami minta bantuan ke KBRI karena toko-toko sudah ditutup. Tapi dari kampus juga menyediakan bahan makanan dan masker,” kata pria kelahiran Malinau, 4 Januari 2000.

Perubahan yang paling dirasakannya, rutinitas di dalam daerah asrama dan di luar kampus terasa amat sepi. Suasana berubah 180 derajat. Tidak ada lagi keramaian seperti biasanya. Sejak virus itu menggegerkan dunia, yang ia lihat dari dalam area asrama hanya ambulans yang berlalu lalang, dan petugas keamanan yang tengah berpatroli.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X