Harus Bijak Menyikapi Virus Corona!

- Jumat, 14 Februari 2020 | 10:59 WIB
EVAKUASI: Mahasiswa Indonesia saat mendarat di Indonesai setelah dievakuasi dari Tiongkok.
EVAKUASI: Mahasiswa Indonesia saat mendarat di Indonesai setelah dievakuasi dari Tiongkok.

Baru-baru ini, negara dengan populasi terbesar di dunia, Tiongkok, telah terinfeksi wabah virus baru yaitu Corona dan telah menyebar setidaknya ke 28 negara atau wilayah di dunia. Sejak wabah ini terjadi, negara-negara di seluruh dunia, terutama Tiongkok, telah menginvestasikan banyak tenaga kerja dan sumber daya material untuk melakukan pengendalian dan pencegahan yang ketat. Sebagian besar negara negara juga menunjukkan sisi “virus tidak berperasaan tetapi manusia memiliki kasih”. Setiap orang satu hati bekerja sama, saling membantu, terutama saat negara-negara telah mempelajari tentang situasi yang sebenarnya di Tiongkok, mereka memberikan bantuan kepada Tiongkok. Seperti, Jepang, Korea Selatan, Iran, Belarus, Pakistan, dan negara-negara lain telah mengirim jutaan masker ke Tiongkok, agar dapat membantu kebutuhan mendesak untuk Tiongkok, dan menunjukkan peran negara dalam menghadapi musuh umat manusia virus corona.

Namun, beberapa Negara terutama negara besar, memilih mengabaikan dan memimpin untuk bereaksi berlebihan terhadap wabah virus itu. Bahkan mereka juga lemah dalam integritas bernegara.

Yang pertama adalah bahwa beberapa kekuatan besar yang utama memimpin dalam reaksi berlebihan terhadap wabah di Tiongkok, membangkitkan peran kepemimpinan yang buruk.  Pada awal Februari, Amerika Serikat meningkatkan status travel warning terhadap Tiongkok ke tingkat yang paling tinggi, dan untuk sementara melarang semua orang asing yang telah melakukan perjalanan ke Tiongkok dalam kurun waktu 14 hari untuk masuk sejak tanggal 2 Februari. Beberapa negara telah mengikuti dan mengumumkan mengenai pembatasan masuk untuk warga negara Tiongkok.  Sebenarnya, tanggapan publik dari juru bicara kementrian luar negeri Tiongkok, Hua Chunying mengindikasikan bahwa semenjak wabah terjadi, pemerintah Tiongkok telah mengadopsi langkah-langkah pengendalian dan pencegahan yang paling komprehensif dan paling ketat dengan cara yang sangat bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat.

Langkah tersebut dipuji oleh Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia sebagai tolak ukur baru dalam menanggapi wabah. Direktur jendral WHO, Tedros Adhanom memperjelas bahwa deklarasi wabah virus corona sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional bukan karena mosi tidak percaya kepada Tiongkok. Ada kepercayaan terhadap kemampuan untuk mengendalikan wabah tersebut, tidak ada alasan untuk mengambil langkah pembatasan perjalanan dan perdagangan internasional yang tidak perlu.

Kedua, dalam situasi wabah virus, beberapa negara tidak memiliki integritas. Sejak wabah terjadi, pejabat pemerintah Amerika Serikat telah berulang kali menyatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah menyumbangkan sejumlah besar uang dan pasokan medis ke Tiongkok. Namun, pada 3 Februari, juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Hua Chunying secara terbuka telah menyatakan bahwa semenjak wabah terjadi, beberapa negara telah memberikan dukungan dan bantuan kepada Tiongkok dalam memerangi wabah virus dengan cara yang berbeda-beda, tetapi pemerintah Amerika Serikat belum memberikan bantuan substansial kepada Tiongkok.

Pada 8 Februari, kedutaan dan konsulat Amerika Serikat mengumumkan bahwa pemerintah Amerika telah mengalokasikan 100 juta dollar dan menyediakan 17,8 ton pasokan medis untuk membantu Tiongkok dalam penanggulangan penyebaran virus. Namun, netizen dapat dengan jelas melihat bahwa Amerika Serikat adalah dua buku yang luar dalam berbeda, mereka mengklaim telah menyediakan dana dan pasokan bantuan untuk Tiongkok dan negara-negara lainnya untuk melakukan pencegahan penyebaran wabah virus, mereka membual bahwa itu semua didedikasikan untuk membantu Tiongkok. Memanipulasi keadaan. Sebaliknya, Amerika Serikat adalah negara pertama yang menarik staf konsulernya keluar dari Wuhan, juga yang pertama menarik staf kedutaan,  dan juga di saat WHO secara terang-terangan mengumumkan bahwa WHO tidak merekomendasikan atau bahkan menentang pembatasan perjalanan dan perdagangan Tiongkok. Mereka yang pertama kali melakukan hal tersebut, mengumumkan larangan komperhensif terhadap masuknya warga Tiongkok dan juga menyebarkan kepanikan.

Ketiga, terdapat kesalahan berfikir yang tidak perlu, Tiongkok masih terjangkit wabah virus, kesehatan masyarakat lah yang utama. Seperti yang kita ketahui, Amerika Serikat sudah menjadi negara terkuat di dunia, tetapi seringkali memunculkan kesalahan berfikir yang tidak perlu, bahkan kali ini di saat Tiongkok melakukan yang terbaik untuk pengendalian dan pencegahan wabah virus corona, Amerika Serikat terus mengulang-ulang hal yang lama, mengekang Tiongkok.  Sebagai contoh, pada 6 Februari, Direktur FBI menyatakan pada pertemuan pusat studi strategis dan international, bahwa tidak ada negara yang menjadi ancaman yang lebih besar bagi Amerika Serikat selain negara komunis Tiongkok, dan bahwa seluruh masyarakat Amerika perlu menghadapinya secara menyeluruh. Pada hari itu juga, Jaksa Agung Amerika, Barr mengatakan bahwa Tiongkok telah menjadi lawan geopolitik nomor satu untuk Amerika Serikat.

Pada 7 Februari, juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok, Hua Chunying, secara terbuka menyatakan bahwa pada bulan Februari tahun lalu, sebuah jajak pendapat internasional oleh Pusat Penelitian Pew menunjukkan bahwa 45 persen responden percaya bahwa Amerika Serikat adalah ancaman utama bagi dunia. Angka ini bahkan lebih tinggi pada beberapa sekutu Amerika Serikat.  Baru-baru ini, ada beberapa media Amerika dan pakar serta cendekiawan Amerika juga percaya bahwa, Amerika sendirilah yang menimbulkan ancaman terbesar geopolitik terhadap negaranya sendiri. Bukan negara lain.

Di era globalisasi, nasib negara-negara sangat berkaitan erat. Dalam menghadapi krisis kesehatan di masyarakat, negara-negara harus bekerja sama untuk mengatasi kesulitan ini, bukan menjadi pengemis kepada negara tetangga. Tidak boleh memberi risiko kepada orang-orang, juga tidak sebaiknya mengambil ideologi perang dingin untuk menyerang negara lain. Ini barulah merupakan hal yang harus dilakukan oleh sebuah negara! (***/udn)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X