Hapus Istilah Skripsi Momok Menakutkan

- Rabu, 12 Februari 2020 | 14:29 WIB
PEMAPARAN : Dr. Arif Jauhar Tontowi, ST, MM, saat menjelaskan tentang inovasi Kolokium pembelajaran metodologi penelitian (metopen).
PEMAPARAN : Dr. Arif Jauhar Tontowi, ST, MM, saat menjelaskan tentang inovasi Kolokium pembelajaran metodologi penelitian (metopen).

Jenjang akhir dalam perkuliahan adalah menyelesaikan sebuah skripsi. Namun, terkadang dalam menggarap skripsi cukup banyak mahasiswa yang kesulitan. Nah, melalui inovasi kolokium, hal itu dapat diatasi.

 

RACHMAD RHOMADHANI

 

MENDENGAR kata skripsi, bagi sebagian mahasiswa menjadi sebuah momok yang menakutkan. Bagaimana tidak, dari skripsi itu sendiri kebanyakan membuat mahasiswa berjibaku dengan waktu.  Tak hanya itu, mereka pun diwajibkan melakukan penelitian yang pelaksanaannya ibarat tak semudah membalikkan telapak tangan.Sehingga memang cukup banyak mahasiswa terkendala pada tugas akhir tersebut.

Namun, dalam tiga tahun terakhir, di bawah dosen pengampu, Dr. Arif Jauhar Tontowi, ST, MM, CRBC, Program Studi Manajemen Universitas Kaltara telah melakukan terobosan baru dalam proses pembelajaran mata kuliah Metode Penelitian (pra skripsi).

Yaitu untuk mengasah kemampuan praktis penelitian dan penulisan skripsi mahasiswa, puncaknya dilakukan melalui kegiatan Kolokium I atau kata lain seminar terbuka proposal penelitian dan Kolokium II yakni seminar terbuka hasil penelitian.

Lalu apa itu Kolokium? Kolokium merupakan kegiatan yang bermuara pada mahasiswa untuk ditargetkan agar mahasiswa benar-benar terbukti memiliki kemampuan dalam melakukan prosedur penelitian dan mampu menghasilkan draf laporan akhir penelitian (pra skripsi) secara cepat dan berkualitas.

Rangkaian kegiatan mulai dari perkuliahan di kelas, pendampingan penelitian lapangan, bimbingan penulisan, ujian proposal, serta ujian laporan akhir penelitian merupakan proses yang harus dilewati oleh setiap mahasiswa. Jika ada satu tahapan saja mahasiswa tidak mampu melewati dengan baik, dipastikan tidak akan lulus.

Bahkan untuk menjamin objektivitas dan kualitas proses belajar mengajar, ujian dilaksanakan dalam bentuk Kolokium (seminar tebuka) dengan menghadirkan minimal tiga orang penguji selain dosen pengampu. “Prosesnya memang melalui tahapan yang tidak mudah. Namun hasilnya ternyata sangat memuaskan,” ungkap Dr. Arif kepada Pewarta, Selasa (11/2).

Lanjutnya, saat ini pun ada sebanyak 49 mahasiswa yang mengambil mata kuliah itu dan diklaim mereka telah mampu menghasilkan draf skripsi secara lengkap dan berkualitas. Maka, pada semester berikutnya ketika mereka memprogram mata kuliah skripsi, sesungguhnya skripsinya sudah jadi.

“Artinya, tinggal melakukan pendalaman dan koreksi bersama dosen pembimbing. Selanjutnya bisa langsung mengikuti tahapan ujian skripsi tanpa harus bersusah payah lagi melakukan penelitian,” tuturnya.

Diharapkannya, hal seperti ini nantinya dapat terus berkembang lebih jauh. Sehingga mahasiswa dapat menghasilkan hasil akhir dari perkulihan dengan apik. Mengingat, metode seperti ini memang sangat jarang untuk diterapkan. “Mudah-mudahan ini dapat terus berkembangan nantinya,” tukasnya. (***/fly)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X