Berbicara soal kopi, selalu menjadi hal istimewa di kalangan penikmatnya. Dengan secangkir kopi hitam dapat mempersatukan orang, yang tidak dikenal sekalipun. Duduk bersama menikmati secangkir kopi, akhirnya saling menyapa dan membuat bercerita tentang banyak hal.
Tidak heran, di dinding kafe maupun warung kopi tersirat pesan, ‘barangkali Tuhan menciptakan kopi, agar kita bisa saling berkawan’. Banyak filosofi bermunculan dari biji kopi ini. Juga dihubungkan dengan kehidupan manusia. Misalnya saja ‘pahit manisnya kehidupan, ada di dalam segelas kopi’.
Sehari saja tidak cukup untuk bercerita tentang kopi. Seperti dijelaskan Kepala Barista Gen’Jibe Bandar Seafood, Aldo. Nikmatnya kopi ini tergantung dari si penyeduhnya. Dari sebiji kopi menjadi nikmat dengan teknik pembuatannya. Sebut saja metode shypon, Vietnam drip, V60, aero press, French press, dan tubruk. Beda metode, menciptakan rasa yang berbeda.
“Kita ada Aceh Gayo, Toraja Sapan, Bali Kintamani, dan robusta Temanggung. Misalnya untuk metode shypon biasa Bali Kintamani, Toraja Sapan dan Aceh Gayo. Kalau Vietnam drip itu lebih ke susu, jenis kopinya lebih cocok dengan robusta Temanggung. Tapi sesuai dengan penikmatnya,” kata pria kelahiran Tarakan, 30 tahun silam.
Bagi penikmat kopi, tidak perlu menambahkan sesendok gula untuk membuatnya manis. Jangan ada gula di antara kita, istilah yang kerap digunakan penikmat kopi. Juga cara untuk menikmati kopi sehat.
Tapi bagi yang sudah mengenal rasa sesungguhnya, akan menemukan manisnya kopi hitam ini. “Jangan minum kopi pakai gula, istilahnya jangan ada gula di antara kita. Jadi itu lebih sehat. Kalau pakai gula sebenarnya menghilangkan sari kopi. Kalau mau manis, kita sarankan gula diganti dengan kental manis atau susu,” jelasnya.
Sekarang ini, pekatnya kopi tidak hanya dikombinasikan dengan kental manis putih. Dipadukan dengan creamer, durian, gula aren juga tengah digandrungi penikmatnya. (*/one/fly)
