Relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di bawah naungan Dinas Sosial (Dinsos) Tarakan, membangun dapur umum tepat di lokasi posko tanggap darurat. Tepatnya di halaman Masjid Besar At-Taqwa, Sebengkok, Tarakan Tengah.
LISAWAN YOSEPH LOBO
KEBAKARAN di Pasar Batu, Kelurahan Sebengkok, Senin (20/1) pekan lalu, yang terbesar di awal tahun ini. Perbaruandata terakhir, sebanyak 520 jiwa yang mengungsi di posko tanggap darurat itu.
Relawan Tagana di bawah naungan Dinsos dan Pemberdayaan Masyarakat Tarakan pun membangun dapur umum untuk korban kebakaran. Dibuka sejak hari kedua kebakaran, yakni Selasa (21/1) lalu. Semenjak itu, Tagana siaga 24 jam melayani korban, termasuk tim relawan di daerah posko tanggap darurat. Misinya tentu memastikan para korban dan relawan tidak kelaparan.
Rabu (29/1) pagi hari aktivitas dapur umum disibukkan dengan persiapan makan siang. Mulai dari mengupas bawang, menanak nasi, menggoreng ayam, dan tugas lainnya.
Sembari bercanda gurau, itulah salah satu obat bagi tim relawan ini sembari menyelesaikan pekerjaannya.
“Kami bersinergi dengan BPBD, PMI, Karang Taruna, dan instansi lainnya. Kami siaga itu mulai Senin (20/1) lalu, bekerja sama dengan Baznas menyediakan makan malam. Subuhnya (Selasa) kami sudah mulai masak untuk makan siang para korban,” kata Irfan M, selaku anggota Tagana.
Menyediakan makanan untuk 520 jiwa, bukan hal yang biasa dan mudah. Usai salat subuh, mereka mulai memasak. Dimulai dengan menanak nasi. Konon sekali masak sebanyak 70 kilogram (kg) hingga 80 kg beras.
Dengan dua kompor, dan dandang untuk 10 kg, tanak nasi dibagi menjadi 8 bagian. Secara bergantian. “Karena kompor ada dua, dan satu dandang itu diisi 10 kg beras. Jadi sekali masak kami naikkan 20 kg. Jadi 8 kali kami masak nasi, bergantian,” lanjutnya.
Dari tim ini juga harus kreatif memilih menu. Agar korban maupun tim relawan yang siaga di posko tanggap darurat tidak merasa bosan. Setiap hari mengganti menu. Sekali masak menghasilkan sekitar 600 bungkus. “Biasanya ide menunya dari kaum perempuan. Dari awal sampai sekarang kami siapkan 600 bungkus, karena untuk tim relawan juga. Meskipun ada korban yang sudah tidak di posko, tapi ketika makan siang atau malam, mereka tetap ke posko,” katanya.
Makan siang harus selesai pukul 11.00 WITA. Makan malam harus selesai pukul 18.00 WITA, dan membagikan makanan pukul 19.00 WITA. Setelah membagi-bagikan makanan, bukan berarti pekerjaan tim tagana ini selesai.
Rasanya pekerjaan itu terus ada. Selesai makan siang, pukul 14.00WITA tim tagana harus mempersiapkan bahan-bahan untuk makan malam. Belum lagi siaga untuk melayani relawan lainnya, seperti membuatkan kopi, atau minuman hangat. “Kami tetap stand by, karena biasa ada petugas atau relawan yang minta tolong dimasakkan air, atau buatkan kopi. Jadi selesai pekerjaan, kami tetap stand by,” tuturnya.