Selain Anggaran, Perlu Gerakan Kultural

- Senin, 27 Januari 2020 | 14:28 WIB
LANGGANAN BANJIR: Banjir setinggi paha orang dewasa depan Markas Batalyon Infanteri Raider 613/RJA, pekan lalu.
LANGGANAN BANJIR: Banjir setinggi paha orang dewasa depan Markas Batalyon Infanteri Raider 613/RJA, pekan lalu.

 

Sejumlah kawasan di Tarakan masih terus dilanda banjir ketika hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi. Selain berharap penanganan dengan merevitalisasi sejumlah drainase di dalam kota, juga perlu gerakan kultural bersih-bersih lingkungan sebelum musim penghujan tiba.

 

 ----------

PERSOALAN banjir di Tarakan sudah cukup lama. Normalisasi aliran sungai hingga drainase yang direncanakan selama ini lebih banyak terkendala anggaran.

Persoalan banjir itu bisa saja teratasi, jika muncul gerakan masyarakat yang menyadari manfaat bersih-bersih lingkungan. “Ini kan dari lingkungan. Selain harapan kita dari masyarakat, juga memang perlu gerakan dari masyarakat sendiri. Misalnya pada saluran air yang digunakan apakah sudah baik sebelum musim penghujan tiba. Dulu pernah ada gerakan seperti ini yang digalakkan pemerintah,” sebut Irwan, seorang warga Kelurahan Karang Anyar, Tarakan Barat, Jumat (24/1).

Lain lagi dengan Asmadi, warga RT 18 Kelurahan Sebengkok, Tarakan Tengah. Ia mengaku revitalisasi saluran air sangat penting dilakukan pemerintah. Kendati menelan anggaran yang cukup besar.

Misalnya di Sebengkok, dulu debit air yang masuk ke dalam rumahnya hingga ketinggian 40 cm. Setelah megaproyek penanggulangan banjir di kawasan itu selesai, masyarakat tidak lagi mengeluhkan masalah banjir.
“Kalau sebelum adanya proyek gorong-gorong ini sepanjang jalan Sebengkok sudah tidak bisa dilewati, baik itu mobil maupun motor. Kalau rumah saya pastinya sudah jadi langganan karena berdampingan dengan aliran air drainase. Kalau musim penghujan sudah pasti kena imbas, bisa selutut,” ujarnya, kemarin (26/1).

Ia mengharapkan beberapa kawasan di Tarakan bisa mendapatkan perlakuan yang sama seperti di Kelurahan Sebengkok. “Kalau saya sih penginnya adanya pemerataan, kalau bisa beberapa titik rawan banjir di Tarakan ini dicarikan solusi juga. Jangan hanya di Sebengkok saja, kan di daerah pusat kota seperti Jalan Mulawarman juga langganan banjir sampai tidak bisa dilewati kendaraan,” tegasnya.

Dedi Wardana, warga RT 02 Kelurahan Karang Anyar, Tarakan Barat mengaku sampai saat ini kediamannya menjadi sasaran banjir terparah.  “Sekarang ini malah tambah parah untuk bebet airnya, dapur sampai ruang tamu juga terendam. Karena memang kalau kawasan di sini kan di belakang rumah drainase di sebelah kanan jarak beberapa meter sudah aliran parit besar, makanya dampaknya parah. Harusnya pemerintah bisa memikirkan solusi terbaik untuk kami. Kalau di Karang Anyar ini memang padat penduduk, harusnya lebih dipikirkan lagi solusi terbaiknya seperti apa,” tambahnya.

 

MEMENGARUHI PEREKONOMIAN

Pengamat ekonomi Dr. Ana Sriekaningsih, S.E, M.M, menuturkan, banjir yang sering terjadi bisa membuat ekonomi lumpuh. Meski di Kota Tarakan banjir yang terjadi belum sebesar di kota-kota besar, namun pemerintah harus bisa mengantisipasi. Agar ke depannya persoalan banjir tidak menganggu perekomian Kota Tarakan.

“Contoh di Jakarta, banyak barang pribadi dan aset hilang. Pasca banjir juga akan berpengaruh, karena setelah banjir pasti akan bersih-bersih dulu,” katanya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X