Mendampingi Korban, Nenek 80 Tahun Berikan Wejangan

- Senin, 27 Januari 2020 | 14:06 WIB
BENTUK PENDAMPINGAN: Tim HIMPSI Wilayah Kaltara saat melakukan pendampingan di tenda posko pengungsian, Jumat (24/1).
BENTUK PENDAMPINGAN: Tim HIMPSI Wilayah Kaltara saat melakukan pendampingan di tenda posko pengungsian, Jumat (24/1).

Tidak hanya bantuan pakaian, sembako dan uang tunai, yang terus mengalir. Tim psikolog juga kompak berikan pemulihan trauma atau trauma healing, kepada korban pasca kebakaran Senin (20/1). Tim psikolog memberikan pendampingan kepada anak-anak maupun orang dewasa yang mengungsi di posko tanggap darurat di halaman Masjid Besar At-Taqwa, Sebengkok, Tarakan Tengah.

 

LISAWAN YOSEPH LOBO

 

SEMINGGU berlalu, peristiwa kebakaran hebat di Pasar Batu, Kelurahan Sebengkok, masih menyita perhatian masyarakat Kota Tarakan. Akibat amukan si jago merah, 136 kepala keluarga (KK) harus kehilangan tempat tinggal.

Silih berganti, keluarga, kerabat, teman, dan masyarakat berdatangan mengunjungi korban di posko. Bantuan berupa sembako terus berdatangan. Suasana di posko tanggap darurat ini pun pecah dengan keramaian, canda tawa.

Di awal hari pertama mengungsi, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) turun tangan memberikan pendampingan kepada korban kebakaran.

“Malamnya kami sudah di sini. Pertama kami survei lapangan dulu. Kemudian koordinasi dengan koordinator lapangan posko, apa yang bisa kami bantu,” terang Sulistiyowati, S.Psi. Psikolog, selaku ketua HIMPSI Wilayah Kaltara.

Peristiwa ini tentu mengguncang hati dan pikiran para penyintas atau korban kebakaran. Kehadiran tim psikolog ini membantu penyintas untuk bangkit. Baik orang dewasa, maupun anak-anak.

“Yang kami jaga itu kondisi krisis mental dari penyintas (korban kebakaran). Pertama kami bantu tahap pemenuhan kebutuhan dasar. Mulai dari sandang, pangan, kebersihan sambil kita dampingi agar krisis mentalnya reda,” kata wanita kelahiran Malang, 19 Maret 1971 ini.

Setelah melewati tahap pemenuhan kebutuhan dasar, dari tim ini melanjutkan dengan pendampingan. Seperti mengajak para penyintas lebih terbuka, bercerita. Di hari pertama, tentu korban ada yang melamun dan masih syok dengan peristiwa ini. Memikirkannya saja sudah tidak sanggup. Apalagi benar-benar merasakan kehilangan tempat tinggal, dan harta benda lainnya dalam sekejap.

“Jadi di awal kami menjadi pendengar. Kalau mereka berani menceritakan ulang, tandanya mereka menunjukkan perkembangan mental yang positif. Saat kami dampingi mereka mau bercerita. Tapi masih ada yang kepikiran rumahnya. Makanya setiap hari kami dampingi,” lanjutnya.

Kunjungan keluarga, kerabat, teman dan masyarakat cukup membantu pemulihan. Seperti kunjungan dari pasukan Praja Muda Karana (Pramuka), Forum Anak Kota Tarakan, dari sekolah-sekolah yang mengajak anak-anak di pengungsian bermain.

“Sejauh ini alhamdulillah semakin membaik. Di hari kedua kami juga berkolaborasi dengan tim psikologi Polda Kaltara dan Forum Anak Kota Tarakan. Kami ajak anak-anak bermain dan memenuhi kelengkapan menggambar dan mewarnai,” jelasnya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X