Menulis Buku untuk Menjadi Pedoman Arah Hidup

- Senin, 27 Januari 2020 | 12:25 WIB
DIBACA SEMUA KALANGAN: Buku berjudul Hidup Bersama Allah Jadi Produktif ini bisa dibaca semua kalangan, karena bersifat universal. Dr. Yansen TP, M.Si ketika membubuhkan tanda tangan di buku Hidup Bersama Allah Jadi Produktif, Minggu (12/1) di Bangabak, Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat. FOTO: AGUSSALAM SANIP/RADAR TARAKAN
DIBACA SEMUA KALANGAN: Buku berjudul Hidup Bersama Allah Jadi Produktif ini bisa dibaca semua kalangan, karena bersifat universal. Dr. Yansen TP, M.Si ketika membubuhkan tanda tangan di buku Hidup Bersama Allah Jadi Produktif, Minggu (12/1) di Bangabak, Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat. FOTO: AGUSSALAM SANIP/RADAR TARAKAN

Seseorang atau sekelompok orang menulis buku tentu ada maksud dan tujuan. Seperti buku yang ditulis oleh keluarga besar Samuel Tipa Padan berjudul Hidup Bersama Allah Jadi Produktif menceritakan pengalaman hidup keluarga sebagai refleksi dan kontrol agar berbuat lebih baik ke depan.

AGUSSALAM SANIP

Dr. Yansen TP, M.Si dan keluarga punya alasan menulis buku. Ya, alasannya adalah buku bisa menjadi petunjuk arah, sebab dengan menulis buku, orang akan menuangkan perasaannya sesuai apa yang dipikirkan, sehingga bisa menjadi fungsi kontrol untuk keluarga, orang lain dan bagi diri sendiri.

“Kenapa kami menulis buku? Ketika seorang nelayan berada di tengah samudera dia tidak memiliki kompas dan tidak tahu arah katakan begitu, tapi dia akan menatap ke langit dan ketika dia menyaksikan sebuah bintang, dia bisa meramal bintang arah yang dituju. Jadi seorang yang sesat, pasti akan mencari sesuatu menjadi pedoman,” ujar Yansen TP. 

Karena itu, dengan tulisan yang ditulis di buku bersama keluarganya ini, menjadi petunjuk arah sama halnya seperti kompas yang mengarahkan orang kepada titik yang dituju. “Satu cerita yang paling menarik untuk umat manusia ketika seorang putra lahir di Bethlehem. Tanda yang ditunjukkan Tuhan kepada manusia adalah sebuah bintang. Apa artinya? Bintang menjadi panduan untuk kita,” tuturnya. 

Apalagi saat ini, kata Yansen, disadari bahwa manusia hidup di tengah-tengah belantara dunia, hidup di tengah-tengah samudera raya, hidup di tengah pergolakan dan pergumulan hidup yang serta merta di zaman globalisasi revolusi industri 4.0 diperhadapkan dengan berbagai nilai yang sepersekian detik bisa mengubah hidup. Karena itu, kalau tidak bijak menyikapinya, maka perjalanan ke depan, berjalan tanpa arah. 

Nah oleh sebab itu, lanjut pria yang sejak menjabat sebagai Bupati Malinau punya misi mewujudkan kesamaan hak kepada seluruh pemeluk agama untuk dapat beribadah menurut agama masing-masing dengan senantias mengembangkan sikap toleransi ini, bagi saudara, teman, sehabat, dan keluarga yang hadir pada pelucuran buku tersebut, tentu orang yang beragama dan orang yang percaya, baik yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan agama lainnya.

“Presentasi kita sesuai dengan hakikat keyakinan kita masing-masing sebagai orang beragama. Tapi arah dari kehidupan presentasi hidup itu adalah Tuhan sang pencipta yang kita sebut juga Allah. Sehingga dengan demikian, tentu bapak ibu dan saudara sekalian, ketika bapak dan ibu semua berjalan ke depan, kita ingin dalam satu koridor yang benar. Koridor yang menata perjalanan kita ke depan dengan memastikan kita kepada satu tujuan yang jelas,” kata lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Samarinda ini. 

Karena itu, sebutnya, ketika dirinya pada peluncuran buku berbicara sebagai orang yang beragama, tentu dirinya meyakinkan apa yang ditulis berdasarkan yang dirinya arahkan kepada Allah sebagai pencipta. Ketika hasil dan buah daripada tindakan, perbuatan dan perilakunya berinteraksi dengan situasi yang ada di lapangan, maka suasana yang terbentuk adalah suasana yang dinikmati secara universal. Baik yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan seterusnya. Sebab buku yang mereka tulis adalah tentang kebaikan dan kebaikan bersifat universal.

“Ketika kita berbuat baik sesuai dengan ajaran dan keyakinan kita, maka impact-nya adalah kebaikan. Dan kebaikan itu universal. Demikian juga saat ini bapak ibu hadir di tempat ini, membaca tema ini Hidup Bersama Allah Jadi Produktif. Mungkin bapak ibu melihat dari sisi pandang bapak ibu sebagai orang yang beragama, agama Kristen, Islam, Hindu, Budha dan seterusnya. Sehingga bapak punya keyakinan bahwa hidup bersama Allah jadi produktif bernilai universal bagi siapa saja,” urainya. Sehingga, buku yang ia tulis bersama keluarga tersebut bukanlah sebuah buku salah satu agama, tapi buku yang bersifat universal.

“Dan tentu tidak menjadi keraguan bagi kita semua, siapapun makhluk di bumi pasti hidup dengan Allah, dengan Tuhan. Dan Tuhan sumber segala berkat, Allah sumber segala berkah. Akan mencurahkan berkat itu kepada orang yang hidup bersama-Nya,” tukasnya. (bersambung/fly)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X