Berpindah-pindah untuk Mendapatkan Pendidikan yang Lebih Baik

- Senin, 27 Januari 2020 | 12:20 WIB
BERCERITA: Dr. Yansen TP, M.Si dalam acara peluncuran buku Hidup Bersama Allah Jadi Produktif menceritakan tentang perjalanan hidup keluarganya, terutama dalam mengenyam pendidikan, Minggu (12/1) di Bangabak, Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat.
 FOTO: AGUSSALAM SANIP/RADAR TARAKAN
BERCERITA: Dr. Yansen TP, M.Si dalam acara peluncuran buku Hidup Bersama Allah Jadi Produktif menceritakan tentang perjalanan hidup keluarganya, terutama dalam mengenyam pendidikan, Minggu (12/1) di Bangabak, Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat. FOTO: AGUSSALAM SANIP/RADAR TARAKAN

Dunia literasi memang tertanam sejak kecil di lingkungan keluarga Samuel Tipa Padan. Mereka rela berpindah-pindah tempat dari satu tempat ke tempat lain agar bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. 

AGUSSALAM SANIP

Setelah pindah dari Desa Binuang, Krayan ke Desa Kuala Lapang, Malinau, perjuangan orang tua dari Dr. Yansen TP, M.Si tak berhenti di situ saja. Sebab, seiring anak-anaknya bertumbuh dan sudah ada yang akan mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), jiwanya sebagai seorang guru berpikir panjang dan ingin kembali memboyong keluarganya pindah supaya anaknya bisa sekolah yang lebih tinggi.

Di masa itu, di Malinau belum ada SMA, sehingga apabila ingin sekolah SMA, maka harus sekolah di Tarakan. Dengan itu, lalu diputuskan pada tahun 1974 pindah lagi ke Tarakan. “Ada satu pertanyaan saya pada waktu itu. Bapak, kenapa kita dalam keadaan begini, kita pindah terus. Dia katakan sederhana, kalau tidak pindah ke Tarakan, kita susah (mendapatkan pendidikan). Satu piring, kita bisa makan bersama. Jadi pindahlah kami ke Tarakan,” ungkap Yansen TP dengan raut wajah tegar mengingat pernyataan orang tuanya. 

Setelah sekolah di Tarakan, maka anaknya kembali lagi harus menempuh pendidikan tinggi. Dari itu ayahnya merencanakan lagi dan berpikir kalau nanti anak-anaknya yang sebanyak ini harus sekolah jauh, sementara kemampuan dirinya tidak akan mampu mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya. 

Karena, lanjut Bupati Malinau ini, ayahnya hanyalah seorang guru dan apalagi sudah masuk masa pensiun. Ayahnya pun mempersiapkan diri untuk pindah ke Samarinda dan dirinya disuruh untuk mencari lahan untuk berkebun di Samarinda. Kebun itu pun didapat, dan hingga kini akunya, masih ada. 

Tetapi rencana Tuhan beda dengan rencana manusia. Manusia merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan. Ketika ayahnya pensiun tahun 1990, orang yang sangat dibanggakannya tersebut masuk rumah sakit. Kemudian dibawa ke Samarinda dan meninggal dunia di Samarinda.  “Niatnya pindah betul terjadi. Tetapi perpindahan keluarga tidak terjadi,” ungkap penulis buku Revolusi dari Desa ini lagi. 

Ketika waktu itu ayahnya menyampaikan pesan ke dirinya bahwa ia dan keluarga kembali akan pindah ke Samarinda, ia tambah bertanya lagi kepada ayahnya, kenapa terus dan terus pindah. “Coba kau bayangkan katanya kepada saya. Kalau kita tinggal di Krayan, tinggal di tempat terpencil, paling-paling kamu jadi petani, kamu berkeluarga dan tidak mungkin bisa kuliah,” kata ayahnya pada saat itu. 

Jadi pernyataan ayahnya itulah yang menjadi obsesi ia bersama kakak dan adik serta keluarga besarnya bertekad sekolah dan sekolah, setinggi-tingginya. Karena pesan sekolah setinggi-tingginya itu sangat membekas di relung hati, jiwa dan pikiran dia dan keluarga.

Pada zaman itu, tutur pria yang menjabat sebagai Bupati Malinau mulai tahun 2011 ini, dia dan kakak serta adiknya tidak mengerti apa yang dimaksudkan ayahnya sekolah setinggi-tingginya. Namun, sekarang dirinya paham apa yang dimaksudkan orang tuanya. Karena struktur sekolah saat ini sampai pada jenjang Strata 3 (S3). 

“Dan saya bersyukur, walaupun semua orang tua sudah pergi (meninggal dunia), tapi kalau saya bisa berkata bahwa apa yang didambakannya, paling tidak, saya dan dua adik saya bisa menyelesaikan program S3 (doktoral) seperti harapannya. Sehingga pada hari ini menjadi sebuah kebanggaan kami sekeluarga juga pada hari ini kami lengkap di sini,” katanya bangga bisa mewujudkan apa yang diinginkan orang tuanya. 

Namun, satu di antara keluarganya sudah pergi juga kembali kepada Yang Maha Kuasa, yaitu kakaknya. Namun, dirinya dan keluarga juga bersyukur, kakaknya tersebut pun sempat menyelesaikan sarjana seperti pesan orang tuanya. “Sehingga dengan demikian, dunia literasi itu tidak jauh dari kami. Selalu menjadi pergumulan hidup kami. Dunia kami adalah dunia pendidikan dan dunia belajar,” kata kakak dari Dr. Samuel ST Padan, MM ini. (bersambung/fly)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X