MANAGED BY:
JUMAT
02 JUNI
RADAR KALTARA | TARAKAN | BULUNGAN | NUNUKAN | MALINAU | KTT | KULINER | OLAHRAGA | ADV | KRIMINAL

RADAR KALTARA

Kamis, 23 Januari 2020 13:54
Tabung dan Kompor Gas Dibawa Puslabfor
KUMPULKAN BUKTI: Petugas Puslabfor Polri Cabang Surabaya (bermasker) menyimak keterangan salah satu saksi dalam olah TKP kebakaran di RT 24, Sebengkok, Tarakan Tengah, kemarin (22/1). Kawasan itu rata dengan tanah, Senin (20/1) siang.

TIBA di Tarakan kemarin (22/1), dua personel Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Mabes Polri Cabang Surabaya langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di lokasi kebakaran Pasar Batu, Kelurahan Sebengkok, Tarakan Tengah. Hampir dua jam olah TKP dilakukan.

Sebelum olah TKP, petugas Puslabfor terlebih dahulu meminta keterangan terhadap tiga saksi. Salah satunya yaitu saksi yang menempati rumah yang diduga awal mula api, yaitu Nur.

Para saksi dimintai keterangan terhadap bentuk denah rumah, keadaan dan aktivitas yang menghuni rumah tersebut sebelum adanya api, hingga setelah api menyala. Setelah mendapatkan gambaran bahwa asal mula api diduga berasal dari dapur, olah TKP pun fokus dilakukan di tempat yang diduga dapur.

Dari pantauan Radar Tarakan, satu unit bekas tabung elpiji 3 kg dan kompor gas dibawa petugas Puslabfor.

Kapolres Tarakan AKBP Fillol Praja Arthadira yang sempat menyaksikan proses olah TKP menuturkan, adapun tujuan kedatangan dari petugas Puslabfor yaitu membantu penyidik Satreskrim Polres Tarakan melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab terjadinya kebakaran.

“Jadi nanti mereka akan menggali dan menggabungkan dengan data yang kami miliki. Untuk bisa kami simpulkan apa yang menjadi penyebab kebakaran,” ungkapnya.

Diakui Kapolres, berdasarkan keterangan personel Puslabfor bahwa belum bisa dipastikan kapan akan diketahui hasilnya. Proses olah TKP dan penyelidikan masih berlangsung.

Namun apabila data-data yang dibutuhkan sudah lengkap, kemudian sudah ada kesimpulan, baru pihaknya menyampaikan penyebab pasti kebakaran yang menghanguskan ratusan rumah dan ruko itu.

Kemudian untuk Nur, yang merupakan penghuni di rumah itu, saat ini masih berada di Mapolres Tarakan untuk dimintai keterangan.

“Kami lihat nanti (dinaikkan ke tingkat penyidikan). Sementara saksi masih kami mintai keterangannya, untuk mendukung dari penentuan penyebab terjadinya kebakaran,” tegasnya.

Ditambahkannya lagi, untuk Nur sampai saat ini masih berstatus sebagai saksi. Bahkan masih ada beberapa saksi lagi yang sudah diperiksa penyidik Satreskrim, mengguatkan keterangan kronologis dari kejadian itu. Bahkan api yang sempat diduga dari dapur, Fillol menegaskan masih terus diselidiki.

Perlu bukti yang kuat untuk mengetahui api dari dapur itu.

Pihaknya  memastikan penyidik Satreskrim Polres Tarakan akan terus berkoordinasi dengan Puslabfor Cabang Surabaya, dalam melakukan penyelidikan. “Apa yang kami kumpulkan dan hasil temuan di sini, kemudian kami diskusikan untuk simpulkan apa penyebabnya,” imbuh pria yang berpangkat melati dua ini.

Mengenai kelanjutan dari perkara ini, Fillol memastikan nantinya akan menunggu hasil dan rekomendasi terhadap penyebab kebakaran dari Puslabfor, baru pihaknya melakukan gelar perkara. “Kami gelar perkara dulu untuk kelanjutannya,” tutupnya.

 

PEMULIHAN TRAUMA

Musibah kebakaran itu menyisakan kesedihan mendalam bagi korban, khususnya anak-anak.

Aktivitas keseharian mendadak berubah. Yang seharusnya bersekolah, tetapi harus menyesuaikan dengan perlengkapan sekolah seadanya. Kondisi ini dapat menimbulkan tekanan, bahkan trauma. Tidak ditangani dan berkelanjutan, dapat berujung pada gangguan psikologis, seperti depresi maupun traumatis.

Dijelaskan psikolog Fanny Sumajouw, S.Psi, PSI, sebenarnya sejak pertama melihat kejadian tersebut, besar kemungkinan sang anak sudah merasakan trauma.  “Karena menurut dari cerita anak-anak yang kami dengar, dia pergi sekolah dengan keadaan baik-baik. Tapi pulang sekolah, dari jauh sudah lihat asap, di situ dia merasa kenapa orang pada keluar dan berteriak,” jelasnya kepada Radar Tarakan, Rabu (22/1).

Dia mengatakan, saat hari pertama melakukan pendampingan, Selasa (21/1), ada beberapa anak yang menunjukkan gejala trauma. Namun ada pula anak yang terlihat senang, karena berkumpul bersama teman-temannya. Namun yang dikhawatirkan, anak yang terlihat senang ini karena terbawa suasana berkumpul bersama temannya.

“Mungkin sekarang konsentrasinya terbagi-bagi dengan adanya teman. Tapi yang dikhawatirkan, setelah 14 hari ketika dia sudah ke tempat yang baru, merasa sepi apalagi yang sebelumnya ada ini dan itu, tapi sekarang lenyap, maka mulai ketidaksiapan mental,” lanjutnya.

Mengantisipasi traumatis yang berlanjut, sementara ini ia bersama rekan-rekannya melakukan terapi kelompok untuk pemulihan atau healing. Apalagi menurut laporan yang ia terima, ada anak yang jatuh sakit, mengigau dan tidak mau makan saat hari pertama kejadian.

“Kalau misalnya ada anak yang mengalami trauma psikis agak mendalam, maka kami akan lakukan face to face (tatap muka)secara pribadi. Untuk tahap pertama ini, masih aman,” bebernya.

Terapi ini pun terus berkelanjutan, hingga anak-anak tersebut benar-benar bisa menerima kenyataan. Apalagi usia korban yang didampingi kisaran 8 tahun hingga 14 tahun, yang sudah mengerti arti kehilangan.

“Dari Puspa (Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak) saat terjun ke lapangan, tidak langsung selesai. Karena yang luka itu psikis, bukan fisik yang kalau dikasih obat sudah bisa sembuh. Tidak cukup hanya kemarin, tapi harus berkelanjutan. Kita juga dibantu dengan teman-teman lainnya,” katanya.

Hampir mencapai 50 anak yang didampingi di tempat pengungsian. Dalam hal ini juga, ke depan dia berharap orang tua, keluarga dan orang terdekat dapat membantu menghilangkan rasa trauma atau ingatan yang menyedihkan.

“Karena ada anak yang sakit, ada yang ke rumah keluarga jadi tidak sampai 50 anak yang didampingi. Kalau dari keluarga bisa membantu dari pola asuhnya. Yang kami khawatirkan, orang tuanya stres sampai mengungkit kisah lama ini. Jadi itu bisa memengaruhi mental anak,” tutupnya. (zar*/one/lim)


BACA JUGA

Jumat, 02 Juni 2023 13:10

Harga Rumput Laut Terjun Bebas...!! dari Rp 42 Ribu ke Rp 12 Ribu

Harga rumput laut yang menjadi komoditi unggulan Nunukan mengalami perubahan…

Rabu, 31 Mei 2023 14:06

1.500 Ton Beras Siap Dipasok Hingga Juni ke Bulog Tarakan

Stok beras yang ada di gudang Bulog Tarakan dipastikan akan…

Rabu, 31 Mei 2023 13:54

Mei 2023, Penyerapan Belanja APBN di Tarakan Capai Rp 918,9 Miliar

Berdasarkan data Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM…

Rabu, 31 Mei 2023 13:53

Daftar Haji Hari Ini di Tarakan, 32 Tahun Kemudian Berangkat Haji

Sebanyak 4.848 calon jemaah haji masuk daftar tunggu di Kota…

Rabu, 31 Mei 2023 13:51

Pertamina Targetkan 1.000 Barel per Hari di Tarakan

 Pertamina EP Field Tarakan terus berupaya dalam menghasilkan energi bagi…

Rabu, 31 Mei 2023 13:49

Warga Tanjung Pasir, Tarakan Keluhkan Aktivitas LGBT

Meski sebelumnya fenomena lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di…

Rabu, 31 Mei 2023 13:48

Oknum Pejabat Merintangi Tugas Polhut?

Hingga saat ini semakin banyak permukiman dibangun di kawasan hutan…

Selasa, 30 Mei 2023 13:21

Tujuh Jabatan Eselon II di lingkungan Pemkab Bulungan Dilelang

Sebanyak tujuh jabatan eselon II di lingkungan Pemkab Bulungan akan…

Senin, 29 Mei 2023 14:08

Putusan Perkara Sabu 1 Kg, JPU Kejari Tarakan Pikir-Pikir

Jaksa penuntut umum (JPU) Kejari Tarakan menyatakan masih pikir-pikir terhadap…

Senin, 29 Mei 2023 14:06

Fenomena Cuaca Buruk, Imbau Masyarakat Perbukitan Waspada

Adanya fenomena cuaca buruk yang belakangan ini terjadi dalam beberapa…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers