Kelompok Bersenjata Makin Ganas, Nelayan Diminta Tak Dekati Perbatasan

- Selasa, 21 Januari 2020 | 11:48 WIB
Kapolda Kaltara, Brigjen Pol Indrajit
Kapolda Kaltara, Brigjen Pol Indrajit

TANJUNG SELOR – Kepolisian Daerah Kalimantan Utara (Polda Kaltara) begerak cepat pasca terjadinya penculikan lima Warga Negara Indonesia (WNI) di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Dikarenakan, lima WNI yang menjadi korban dibawa ke perairan Filipina.

Kapolda Kaltara Brigjen Pol Indrajit menyampaikan, Kaltara merupakan daerah perbatasan dengan Malaysia dan Filipina baik laut maupun darat. Sehingga, langkah antisipasi dan koordinasi dengan Lantamal XIII Tarakan. Kemudian memberikan peringatan kepada nelayan agar lebih berhati-hati. Dan meminta nelayan agar saat beraktivitas tidak mendekati wilayah perbatasan.

“Kita kerja sama dengan TNI AL, tetap menjaga perairan kita dan juga mengingatkan nelayan untuk hati-hati. Kita tetap waspada dan mendukung langkah yang dilakukan Lantamal,” ucap Brigjen Pol Indrajit kepada Radar Kaltara.

Sementara Direktur Polisi Air (Ditpolair) Polda Kaltara Kombes Pol Heri Sasangka menjelaskan, peringatan dini sudah dilakukan. Dengan melakukan patroli perbatasan dan meminta nelayan tidak mendekati wilayah perbatasan. “Nelayan kita minta jangan terlalu mendekati wilayah perbatasan saat melaut,” bebernya.

Kemudian, aktivitas kapal dari Indonesia yang melintas menuju Malaysia diminta tidak dilakukan. Sebab, pengalaman sebelumnya kapal tugboat dari Kaltim pernah menjadi korban. Sehingga, ia menegaskan jika tidak ada jaminan pelayaran melalui jalur tersebut, agar tidak dilakukan. Pengamanan wilayah perairan armada Polda Kaltara setiap saat melakukan penjagaan. Sedangkan komunikasi dengan aparat Malaysia terus dilakukan.

“Pernah terjadi tugboat waktu saya masih di Polda Kaltim. Makanya saya imbau jangan lagi jika dari negara tetangga tidak menjamin wilayah perairan mereka. Komunikasi saat ini sangat intens dengan PDRM, setiap ada penculikan kita diberikan informasi untuk ikut waspada juga,” tuturnya.

Sementara Kepala Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu Krisna Djaelani pasca penculikan yang terjadi Kamis (16/1) lalu kini menerbitkan maklumat dengan empat poin tertanggal 20 Januari 2020 atas kejadian tersebut.

Di antaranya, Pemerintah Indonesia sangat menyayangkan atas terjadi kembali penculikan yang dilakukan kelompok bersenjata di perairan Sabah Timur yang melibatkan nelayan dan merupakan WNI menjadi korban. “Terus mendorong pihak terkait meningkatkan kewaspadaan dan mencegah agar kejadian serupa tidak terulang kembali,” harapnya.

Selanjutnya, agar WNI yang berada di Sabah, Malaysia bekerja sebagai nelayan dan anak buah kapal (ABK) agar tetap waspada dan mematuhi peringatan yang telah diberikan saat berlayar di perairan Sabah.

Kemudian, dapat menghindari, menghentikan atau tidak beraktivitas pelayaran saat ini untuk menghindari insiden penculikan. Lantaran masih ada potensi ancaman keselamatan di sekitar perairan Sabah, Malaysia. “Kami berharap perhatian atas peringatan sebagai upaya perlindungan WNI, khususnya para nelayan dan ABK di wilayah Sabah, Malaysia,” ujarnya.

Berdasar informasi Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), lima di antara delapan awak kapal disandera. Lima WNI yang menjadi korban adalah Arsyad bin Dahlan (42) selaku juragan, Arizal Kastamiran (29), La Baa (32), Riswanto bin Hayono (27) dan Edi bin Lawalopo (53). Mereka langsung dibawa bersama kapalnya ke wilayah perairan Filipina. Lokasi penculikan lima WNI ini tidak jauh dari kasus penculikan sebelumnya.

”Sudah konfirmasi dari Konsul RI di Tawau bahwa benar terdapat lima awak kapal WNI yang bekerja di kapal ikan Malaysia hilang di perairan Tambisan, Lahad Datu,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) Judha Nugraha Judha melalui pesan singkat kemarin.

Informasi penculikan berawal dari laporan hilangnya kapal ikan dengan nomor registrasi SSK 00543/F. Di dalam kapal tersebut terdapat delapan WNI. Kapal itu semula terlihat memasuki perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah, Malaysia, dari arah Filipina pada Jumat (17/1) pukul 21.10 waktu setempat. Namun, informasi terakhir, ada tiga awak kapal WNI yang akhirnya dilepaskan penculik. ”Lima awak kapal WNI lainnya dibawa kelompok penculik,” terangnya.

Juru Bicara Kemenlu Faizasyah menuturkan, perwakilan Indonesia di Sabah (Malaysia) dan Manila (Filipina) sudah bergerak untuk membebaskan lima WNI tersebut. KJRI di Kota Kinabalu, Konsulat RI di Tawau, dan Kedutaan Besar RI di Manila sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk mengumpulkan informasi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB

Abrasi Masih Mengancam Warga Sebatik

Senin, 25 Maret 2024 | 16:25 WIB
X