Bernama lengkap Muhammad Mahir Abdulloh, pria kelahiran Jakarta 30 Mei 1995 ini. Diketahui, dalam kurun waktu dua tahun terakhir, tepatnya 2018 lalu memulai aksinya menjelajah nusantara. Hanya, dalam aksinya itu terbilang cukup ekstrem. Yakni, ia menggunakan sepeda berkeliling di 34 provinsi sekaligus mendaki 7 gunung tertinggi di Indonesia.
RACHMAD RHOMADHANI
MAHIR sapaan akrabnya, yang saat itu ditemui pewarta tengah duduk santai di atas kursi plastik pada salah satu ruang di Palang Merah Indonesia (PMI) Tanjung Selor. Tak ditampik, dari raut wajah sejatinya menyimpan ‘beribu–ribu’ kelelahan setelah perjalanan panjang dalam menjelajah alam nusantara ini.
Namun, saat itu pewarta cukup beruntung lantaran dengan kondisi tubuh yang setidaknya membutuhkan waktu istrahat lebih. Ia masih meluangkan waktunya untuk berbincang-bincang tentang bagaimana cerita perjalanan dengan menggunakan sepedanya.
“Mencintai Indonesia itu tak cukup bernyanyi dari Sabang sampai Merauke,’’ begitulah sebuah kalimat yang kali pertama terlontar dan syarat makna dalam perbicangannya.
Di sisi lain, ia pun sembari menjelaskan maksud dari sebuah kalimat yang dilontarkannya itu. Menurutnya sebagai warga negara Indonesia memang dalam mencintai tanah air setidaknya ada sebuah pembuktian. Sehingga tak sekadar menjadi kata-kata belaka.
“Ya, apakah kata itu, aku Pancasila dan NKRI harga mati atau lainnya. Yang mengibaratkan itu hanya sebuah pengakuan semata,’’ katanya. “Untuk itulah, di sini pun saya sebagai warga negara Indonesia akan membuktikan tentang bagaimana Indonesia itu lebih dekat,’’ timpalnya.
Lanjutnya, dalam aksi yang menjadi sebuah tema Ekspedisi Penjelajahan Nusantara (EPN). Ia pun berupaya sekaligus dapat berbuat sesuatu dan bermanfaat bagi orang lain. Oleh karenanya, dalam ekspedisinya sembari berbaur dengan masyarakat di provinsi yang ada. Dan mengikuti bagaimana kehidupan mereka.
“Ini (Kaltara) sudah di provinsi yang ke-19. Alhamdulillah, sepeda saya masih mampu dan akan terus melanjutkan penjelajahan di 15 provinsi lagi,’’ ucapnya.
Ditanya mengenai alasan mengapa menggunakan sepeda? Mahir menjelaskan bahwa banyak faktor yang mendasarinya. Pertama, dipilihnya sepeda dikarenakan itu merupakan transportasi yang sangat ramah lingkungan.
Pasalnya, tidak adanya gas emisi yang dibuang. Kedua, yaitu tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) subsidi pemerintah. Artinya, selama perjalanan di desa atau kota dan hutan belantara sekalipun. Tak perlu takut untuk kehabisan bahan bakarnya.
“Tujuan lainnya juga menggunakan sepeda ini sebagai upaya kampanye hidup sehat,’’ jelasnya.
Meski, ia tak menampiknya bahwa awalnya sebelum menggunakan sepeda, ada pemikiran untuk menggunakan alat transportasi lain, seperti motor dan mobil. Atau bahkan berjalan kaki dalam aksi yang muncul sejak lima tahun silam sebelum EPN tersebut.
“Tapi, memang dari berbagai macam pikiran itu, jatuhnya pada sepeda. Hingga akhirnya, penjelajahan dimulai sampai pada titik ini,’’ terangnya.
Dari sepeda ini, setidaknya sudah cukup menjadi sesuatu yang tentunya dianggap unik. Sehingga penjelajahan ini tak sekadar mengenal Indonesia lebih dekat dan jalan – jalan biasa. Melainkan, ada makna lain tersendiri yang muaranya pada masyarakat setempat yang dikunjunginya itu sendiri.
“Ini sekaligus memperdalam akan keilmuannya dalam bidang bimbingan konseling (BK). Yaitu bagaimana mempelajari masyarakat di Indonesia lebih dekat,’’tutupnya.(***/udn)