Sepanjang Tahun Masyarakat Berwisata

- Senin, 23 Desember 2019 | 13:29 WIB

TARAKAN - Penurunan padaw tuju dulung menjadi puncak perayaan Iraw Tengkayu X 2019 yang dilaksanakan Minggu (22/12) di Pantai Amal, Tarakan Timur. Ribuan masyarakat tumpah ruah menyaksikan dan memeriahkan kegiatan tersebut.

Kegiatan juga dihadiri oleh unsur pimpinan daerah di Tarakan. Kegiatan itu disambut dengan penuh sukacita. Iraw sendiri makna perayaan atau pesta, sedangkan tengkayu ialah pulau kecil yang dikelilingi laut. Dua kata ini merupakan berasal dari bahasa Tidung.

Sementara penurunan padaw tuju dulung merupakan upacara turun-temurun.

Seorang pawang padau atau perahu Zainuddin (60) menungkapkan iraw merupakan rangkaian ritual suku Tidung dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Sehingga rasa syukur tersebut diungkapkan melalui tarian serta penyerahan perahu ke laut.

“Ini sudah menjadi tradisi kami sejak dulu, kami selalu merayakannya untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan menurunkan perahu ke laut sekaligus sebagai penolak bala supaya Tarakan dijauhkan dari musibah,” tukasnya, kemarin (22/12).

Selain menurunkan perahu ke laut, juga terdapat kegiatan tersebut tari-tarian yang dibawakan oleh pemuda-pemudi. Itu merupakan simbol kebahagiaan dan kerukunan. “Ini sebagai wujud kebahagiaan dan kerukunan. Tentu kami berharap semua masyarakat dapat merasakan kebahagiaan ini,” tukasnya.

Ia menjelaskan padaw tuju dulung yang artinya perahu 7 haluan. Padaw tuju dulung mempunyai 3 cabang yang disebut dengan haluan. Haluan pada bagian tengah dibuat 3 tingkat. Sementara 2 haluan lainnya, di kanan dan kiri perahu dibentuk menjadi 2 tingkat.

Jika dihitung semua tingkat yang ada di masing-masing haluan, maka total ada 7. Angka 7 melambangkan jumlah hari dalam seminggu yang digunakan sebagai perlambangan perjalanan hidup manusia yang harinya berulang setiap seminggu sekali.

Padaw tuju dulung yang diangkut oleh  pemuda dicat dengan 3 warna berbeda, ada kuning, hijau, dan merah. Bagian dari perahu paling atas mempunyai cat yang berwarna kuning. Dalam budaya suku Tidung, warna kuning melambangkan kehormatan atau sesuatu yang ditinggikan.

Juga ada satu tiang yang paling tinggi  melambangkan bahwa satu penguasa tertinggi alam semesta yaitu Allah SWT. Bagian tengah padaw terpasang 5 tiang. Jumlah tiang yang ada sebanyak 5 buah, merupakan perlambangan salat 5 waktu yang menjadi kewajiban umat Islam setiap harinya.

Selain itu, ia menjelaskan proses pembuatan perahu memakan waktu 1 bulan. Tidak ada ketentuan khusus dalam waktu pembuatan dan dikerjakan dengan apa. Ia menjelaskan semakin banyak masyarakat yang membantu, maka hal itu semakin baik. Meski demikian, ia menjelaskan jika perahu harus diangkat oleh 14 pemuda. Walau demikian, ia tidak mengetahui secara pasti ketentuan jumlah pengangkat perahu.

“Dalam waktu sebulan tergantung kemampuan, dibuat gotong-royong. Ini harus diangkat 14 orang. Ini dari nenek moyang begitu, belum tahu secara pasti alasan jumlah pengangkatnya ini,” tuturnya.

Mengenai sesaji yang diletakkan pada perahu, ia menjelaskan jika sesaji tersebut berupa telur, ketan 4 warna, beras kuning dan pisang. Makanan tersebut dimaksudkan untuk memberi bekal kepada arwah nenek moyang yang disampaikan melalui perahu.

“Iya di perahu juga ada beberapa sesaji. Itu kami titipkan untuk leluhur yang ada di laut. Nanti perahu itu yang mengantarkannya,” imbuhnya.

 

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X