Sayur Kol

- Rabu, 18 Desember 2019 | 15:36 WIB

SAYUR kol sedang ramai diperbincangkan. Bentuknya yang kurang menarik, kerap membuat sayuran ini jarang dilirik. Padahal, selain mengandung zat anti oksidan, kol juga sarat vitamin yang baik bagi tubuh.

Kol termasuk ke dalam genus sayuran Brassica, termasuk brokoli dan kale. Kol hadir dalam berbagai bentuk dan warna, termasuk merah, ungu, putih, dan hijau. Sayuran ini telah tumbuh di seluruh dunia selama ribuan tahun dan dapat ditemukan dalam berbagai hidangan. Kol dikenal sebagai sumber serat larut. Diketahui sekitar 40 persen serat dalam kol adalah jenis serat larut.

Melansir laman Alodokter, sebuah penelitian menunjukkan ketika orang makan dua sampai 10 gram serat larut per hari, mereka mengalami penurunan kadar kolesterol LDL yang meski terbilang kecil, namun berarti yaitu sekitar 2,2 miligram per desiliter.

Selain itu, kol juga salah satu sumber makanan kaya akan vitamin K. Dalam 89 gram kol terkandung hingga 85 persen vitamin K untuk kebutuhan harian. Salah satu fungsi utama adalah bertindak sebagai kofaktor untuk enzim yang bertanggung jawab untuk membantu pembekuan darah. Kol atau kubis punya kandungan vitamin C yang lebih tinggi dari jeruk. Setiap satu cangkir kubis terdapat 80,4 miligram vitamin C. Kubis juga memiliki kandungan mineral.

Sayur kol menjadi lalapan yang nggak pernah absen ketika sambal terhidang. Selain digunakan sebagai lalapan, sayur ini juga kerap digunakan sebagai bahan tambahan dalam sop, capcay, tongseng, dan masakan lain. Tapi, tahukah kamu dari mana asal sayur ini?

Kendati menjadi sayur favorit masyarakat Indonesia, sayur kol ternyata berasal dari Eropa, lo. Dalam serat Centhini, bangsa Eropa diketahui membawa pelbagai jenis sayuran seperti kol, nanas, kentang, buncis, wortel, dan peterseli pada abad 17. Orang Belanda mengolah sayur kol menjadi aneka masakan seperti stamppot, boerenkool, dan zuurkol. Sayur ini disukai lantaran mengandung kadar air yang tinggi.

Bicara soal gizi, sayur kol mengandung vitamin C, K, B1, B6, folat, karbohidrat, protein, kalsium, dan kalium. Zat-zat tersebut dikabarkan berguna untuk menghambat perkembangan sel-sel kanker. Disebutkan juga kalau kubis ungu memiliki aktivitas antioksidan 6 kali lebih tinggi dibanding saudaranya, kubis putih.(int/zia)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X