Krayan Masih Bergantung ke Malaysia

- Rabu, 18 Desember 2019 | 14:45 WIB

TANJUNG SELOR - Krayan merupakan salah satu daerah perbatasan di Indonesia yang hingga kini pemenuhan kebutuhan hidup masyarakatnya masih bergantung ke negara tetangga Malaysia. Namun, bukan berarti pemerintah tidak berbuat untuk daerah di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) ini.

Salah satu yang telah dilakukan pemerintah saat ini adalah membangun infrastruktur jalan untuk menembuskan beberapa kecamatan di wilayah Nunukan ini ke perkotaan di Malinau yang pembiayaannya bersumber dari Anggota Pendapatan Belanja Negara (APBN). Bahkan, pemerintah juga membangun Jalan Lingkar Krayan.

Tommy Harun, salah seorang tokoh masyarakat Krayan mengatakan, untuk Jalan Lingkar Krayan ini total panjangnya 85 kilometer (km), yang terhitung mulai dari Long Bawan, ke Long Layu sampai ke Binuang. Saat ini, kondisinya masih belum terbangun maksimal.

"Jadi saat ini sepenuhnya kita masih menggantungkan hidup dengan Malaysia, mulai dari alat transportasi sampai pemenuhan sembako. Karena, kalau dari Indonesia, susah. Jikapun bisa, pasti biayanya mahal," ujarnya kepada Radar Kaltara saat dikonfirmasi, Selasa (17/12).

Dengan kunjungan Presiden RI, Joko Widodo hari ini (18/12), bersama dengan tokoh ada yang ada di Krayan, pria yang juga Ketua Tim Presidium Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) Kabupaten Krayan ini berharap pemerintah pusat memperhatikan dan melakukan peningkatan Jalan Lingkar Krayan yang menjadi urat nadi transportasi warga Krayan tersebut.

"Sekarang ini masih baru pembukaan awal. Nah, harapannya ke depan itu bisa ditingkatkan menjadi jalan aspal hotmix," katanya.

Termasuk juga jalan dari Malinau ke Krayan yang saat ini sudah tembus, itu perlu ditingkatkan kualitasnya hingga aspal hotmix. Karena, saat ini baru pembukaan tahap awal, dan gunung-gunung di jalan tersebut juga masih terjal, belum dipotong. Berbahaya jika dilalui kendaraan.

 

"Saya kira, jika jalan itu sudah maksimal, maka aktivitas keleluar masuk barang dari Malinau ke Krayan bisa lebih mudah. Kalau sekarang ini masih susah," tuturnya

Selain itu, juga pembangunan technopark pertanian organik untuk beras adan. Tujuannya, agar beras andalan Krayan ini bisa menjadi lebih istimewa, karena pengolahannya dibantu dengan alat yang lebih moderen. Sementara sekarang ini masih manual.

"Dengan sistem ini, tentu nanti akan ada pengembangan, penelitian, serta pengepakan dan lain sebagainya di Krayan. Pastinya semua proses sudah ada di situ. Jadi masyarakat nanti bisa lebih berkembang lagi," tuturnya.

Menurutnya, dengan pengembangan produksi beras adan itu, tentu ke depannya masyarakat Krayan tidak perlu menebang atau membabat hutan untuk membuka ladang berpindah dan perkebunan. Karena, mereka fokus mengelola sawah padi adan tersebut.

"Jadi, secara tidak langsung, ini merupakan upaya untuk melindungi hutan di Krayan yang merupakan salah satu hutan yang masih asli di Kalimantan," ungkapnya.

Termasuk juga dengan pengembangan pertanian beras adan ini, Krayan tidak membebani pemerintah untuk menyediakan bibit padi unggul untuk ditanam di daerah tersebut. Pastinya, dari dulu sampai sekarang, Krayan sudah swasembada beras.

"Semoga kunjungan Pak Presiden ke perbatasan Kaltara ini menjadi angin segar untuk percepatan pembangunan dari pinggiran sesuai Nawacita, khususnya di Krayan," pungkasnya. (iwk/zia)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X