“Kami terus menekan PGN agar bisa menghadirkan kontraktor penggaliannya. Karena kemarin kami sudah mendatangi kantor kontraktor, tapi kantornya sudah kosong,” tukasnya.
Ia menuturkan, jika hal ini terus berlarut-larut, maka kerusakan pada jalan akan semakin parah. Mengingat adanya beberapa titik jalan yang telah tergenang air. Sehingga menurutnya, galian yang belum tertutup sempurna dapat menjadi sumber kerusakan dan penyakit bagi masyarakat.
“Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama, kalau lubang tidak ditutup sempurna itu pasti nanti membentuk lubang. Sekarang saja kalau hujan tergenang air. Apalagi kalau semakin lama,” tukasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Bina Marga pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Tarakan Abdul Rahim melalui petugas pengawas lapangannya Rusdi menuturkan, hingga saat ini kontraktor diduga telah lari dari tanggung jawabnya. Hal itu terbukti dari beberapa temuan petugas yang tidak lagi menemui aktivitas pada kantor kontraktor dan tidak dapatnya kontraktor dihubungi.
“Sampai sekarang pekerjaan mereka banyak yang tidak selesai. Karena kontraktornya hanya tinggal pergi. Perginya sedikit-sedikit tidak langsung semua. Sampai sekarang kami tidak tahu di mana mereka dan tidak bisa dihubungi lagi. Kami juga beberapa kali mengirim surat teguran. Terakhir tanggal 25 November kami sudah mengirimkan surat langsung ke PPK (pejabat pembuat komitmen) terkait kerjaan mereka yang belum selesai. Tapi sampai sekarang surat kami tidak ditanggapi,” tukasnya.
Rusdi menuturkan, hingga saat ini pihaknya masih menunggu iktikad pertanggung jawaban kontraktor dalam menyelesaikan pekerjaannya. Mengingat masa pemeliharaan pengerjaan masih ada hingga akhir Desember 2019.