Bangun Komunikasi Mencegah Konflik

- Sabtu, 14 Desember 2019 | 12:03 WIB

TARAKAN - Masih mudah menemui provokasi di media sosial menjelang momen tertentu. Itu  menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kodim 0907/TRK pun menggelar diskusi dengan beberapa tokoh masyarakat Tarakan guna membangun komunikasi lebih aktif yang dimaksudkan untuk memperkuat keharmonisan.

Dandim 0907/TRK Letkol Eko Antoni Chandra Lestianto mengungkapkan, kerap muncul sentimen di masyarakat terhadap isu suku, ras, agama dan antar golongan (SARA) di media sosial. Guna mencegah munculnya sentimen SARA tersebut di Kota Tarakan, sehingga komunikasi antar masyarakat perlu ditingkatkan.

“Kami menggelar doa bersama dan diskusi dengan tema memelihara kerukunan antar umat beragama sebagai bentuk implementasi peningkatan toleransi umat beragama di Kota Tarakan. Yang di mana semua mengetahui semua agama itu baik, tapi karena keyakinan terhadap agama begitu kental sehingga terkadang ada oknum yang berani merendahkan agama tertentu di publik. Sehingga hal itu bisa memicu terjadinya konflik,” ujarnya, kemarin (13/12).

Ia bersyukur saat ini Kaltara khususnya Kota Tarakan masih tergolong aman dari ancaman konflik. Meski demikian, hal tersebut bukanlah jaminan kehidupan selalu aman.

“Kaltara sangat kondusif dan aman dari isu SARA. Tapi dengan kondisi saat ini bisa saja dalam suatu waktu masalah dapat muncul jika adanya gesekan. Oleh karena itu kami TNI mencoba membangun komunikasi bersama tokoh masyarakat supaya ketika ada bibit-bibit konflik yang muncul, maka kami dengan cepat bisa mencegah apakah dari suku, etnis kami melakukan komunikasi dengan tokoh masyarakat langsung,” tukasnya.

Dijelaskannya, dengan komunikasi maka segala potensi konflik dapat dicegah. Selain itu, terwujudnya komunikasi yang baik antara masyarakat dan aparat serta pemerintah tentunya dapat menciptakan keharmonisan. Menurutnya dengan komunikasi yang baik maka hal itu dapat membuat masyarakat mudah menuangkan segala keluhan dan masalah serta mendapatkan solusi.

“Kalau tidak membangun komunikasi, maka kami akan sulit menjangkau informasi dengan cepat. Begitu juga masyarakat sulit memberikan informasi ketika komunikasi sebelumnya tidak terbangun. Saya kira dengan adanya langkah membangun komunikasi, seperti potensi konflik bisa diredam. Pengalaman toleransi generasi terdahulu membuktikan kalau dengan perbedaan masyarakat bisa hidup berdampingan. Untuk menjadi toleransi tidak hanya melalui ucapan, tapi juga melalui tindakan. Dulu kalau Lebaran umat Nasrani datang berkunjung ke yang muslim, dan kalau Natal yang muslim berkunjung ke rumah umat Nasrani. Hasilnya masyarakat bisa hidup harmonis,” ujarnya.

Ketua Lembaga Adat Tidung Ulun Pagun (Latup) H. Abdul Wahab menuturkan, sebagai penduduk Tarakan, ia bersyukur sejauh ini masyarakat dapat hidup berdampingan. Menurutnya hal tersebut tidak terlepas dari masyarakat yang saling menghormati satu sama lain.

“Kami selaku warga Tarakan menghormati setiap pendatang di Kota Tarakan. Kami sangat  terbuka kepada siapa saja di Kota Tarakan ini. Kami bersyukur saat ini masyarakat bisa hidup  berdampingan dengan tentram,” tukasnya.

Ia berharap ke depannya pemerintah dapat lebih sigap dalam menangani setiap permasalahan dan keluhan masyarakat.

“Tapi ada hal ingin kami sampaikan kepada pemerintah agar kiranya tidak mempersulit masyarakat dalam perizinan. Karena sejauh ini permasalahan yang ada di masyarakat sebenarnya terjadi atas lambatnya pemerintah khususnya aparat keamanan dalam penanganan. Dengan diskusi ini, ke depannya baik pemerintah maupun aparat keamanan dapat lebih meningkatkan rasa peka terhadap permasalahan yang ada di masyarakat,” pungkasnya. (*/zac/lim)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Upah Tak Sesuai, PMI Kabur dari Majikan di Malaysia

Selasa, 19 Maret 2024 | 14:30 WIB

Lagi, 7,68 Hektare Lahan di Binusan Diduga Dibakar

Minggu, 17 Maret 2024 | 14:50 WIB
X