Mengambil Motif Bultiyak, Tapi Tetap Memiliki Ciri Khas

- Rabu, 4 Desember 2019 | 11:32 WIB

Di momen peringatan Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember kemarin, sejumlah anak disabilitas di Ibu Kota Kaltara, Tanjung Selor, menampilkan beberapa hasil karyanya. Salah satunya batik.

 

RACHMAD RHOMADHANI,Tanjung Selor

 

SECARA kasatmata, motif batik hasil dari karya anak-anak  berkebutuhan khusus atau disabilitas tak ubahnya seperti motif batik pada umumnya. Khususnya, yang saat ini acap kali digunakan para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) dan instansi lainnya. Yaitu motif batik Bulungan, Tidung dan Dayak (Bultiyak).

Namun, jika dicermati lebih jauh, sekalipun dari motif itu tak ditampik desainnya mengarah ke Bultiyak, akan tetapi dari corak ataupun motifnya sendiri sejatinya terdapat ciri khas yang memang sulit tergambarkan ataupun dijelaskan secara detail. Karena memang ada dari desainnya yang terbilang khas.

Tri Raharja, instruktur dari anak disabilitas ini pun mengakuinya. Menurutnya, dari tangan-tangan anak disabilitas memiliki ciri khas dalam setiap karyanya. Termasuk dalam membuat motif batik kemarin ditampilkan dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional ini. “Memang saya sebagai instruktur mengarahkan ke mereka motif yang ada di daerah ini (Bultiyak) salah satunya. Ya, namun dapat terlihat memang ada ciri khasnya sendiri yang muncul dari tangan-tangan mereka,’’ ungkapnya kepada Radar Kaltara, Selasa (3/12).

Dengan adanya ciri khas tersendiri, menurutnya hal ini menjadi salah satu berkah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa terhadap mereka. Sehingga ke depan hasil karyanya dapat menjadi pilihan utama bagi masyarakat di provinsi termuda di Indonesia ini. “Ini merupakan karya-karya pertama mereka. Ada yang memang masih belum sepenuhnya selesai. Tapi, tetap terlihat sudah motif-motifnya,’’ ujarnya.

Dikatakannya juga, ke depannya manakal hasil dari batik-batik anak disabilitas di Ibu Kota Kaltara, Tanjung Selor ini mendapat respons baik dari masyarakat, maka bisa saja akan dipasarkan. Sehingga akan ada pundi-pundi rupiah yang nantinya diperuntukkan bagi anak disabilitas ini. “Saat ini sebatas masih terus mencoba membuat dengan motif yang apik. Tapi, sudah ada yang pesan untuk nantinya bakal dijadikan sampling,’’ katanya.

Ditanya apakah ada suatu kendala dalam membuatnya? Pak Tri, sapaan akrabnya mengatakan tentunya ada. Mengingat anak-anak ini serba berkebutuhan khusus. Sehingga diperlakukan khusus pula. Apalagi anak disabilitas ini memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi. “Kuncinya kita harus begitu sabar dan tekun. Anak disabilitas ini tingkat kejenuhan tinggi. Dan membuatnya paling bisa 20-30 menit sudah bosan. Jadi kita istirahat dahulu baru lanjut lagi,’’ jelasnya.

“Paling tidak dalam membuat satu motif dalam lembaran itu bisa 20 hari lamanya. Ya, karena memang kita harus pandai mengambil momen saat kejenuhan mereka itu hilang dahulu,’’ sambungnya.

Tapi, lanjutnya, dari keseluruhan motif batik yang dipamerkan ini, ia memastikan bahwa merupakan hasil karya dari anak-anak disabilitas yang ada di SLB Tanjung Selor. Dirinya sebagai instruktur serta dibantu guru-guru lainnya hanya bertindak sebagai pengarah saja. “Mereka membuatnya cukup senang. Karena memang harapan dari sekolah itu bagaimana ke depan sekalipun anak disabilitas bisa berkarya dengan baik. Bahkan, mereka pun bisa memiliki usaha secara mandiri pasca lulus dari SLB,’’ tuturnya. (ash)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pelayanan Pelabuhan di Tarakan Disoroti

Sabtu, 27 April 2024 | 08:55 WIB

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB
X