Berawal Sekadar Hobi, Belajar Otodidak di Youtube

- Senin, 25 November 2019 | 11:52 WIB

Yulius Ardianto merupakan satu dari 24 seniman yang mengikuti gelaran temu rupa yang kali pertama digelar oleh UPT Taman Budaya Kaltara dengan tema “Rupa-Rupa Kaltara” belum lama ini. Ia diketahui juga menjadi salah seorang seniman di Kaltara dengan karya seni rupa yang mampu tembus hingga di tingkat nasional. Lalu bagaimana sosok dan perjuangannya sejauh ini? Berikut liputannya.

 

RACHMAD RHOMADHANI

 

AKRAB disapa Yulius, pria kelahiran Kediri, 30 Juli 1988 ini memiliki karya-karya yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat di provinsi termuda di Indonesia ini.

Terbaru, dalam karya seni rupa yang dibuatnya dengan judul Indian Girl di gelaran temu rupa. Karyanya dengan memiliki ukuran 100 x 150 centimeter (cm) menggunakan bahan pencil chrocoal di kanvas, cukup banyak menyedot perhatian para pengunjung.

Bahkan, mereka tak hanya sekadar melihat dan mencermati akan keindahan dari karyanya. Melainkan, dari karyanya itu pun dijadikan bahan selfie dari para pengunjung. Hal ini dikarenakan ukurannya yang begitu besar sehingga mereka cukup puas dalam mengekspresikan diri di depan karya dari ayah dua orang anak itu.

Akan tetapi, siapa menyangka dari keberhasilan karyanya sejauh ini. Bahkan, belum lama ini juga karyanya tembus di tingkat nasional. Yaitu ditampilkan dalam ajang galeri nasional. Yakni itu berawal dari sekadar hobi di masa kecilnya yang hanya suka menggambar.

Namun, seiring berjalannya waktu dan melihat dirinyya memiliki potensi. Maka, dari hobinya itu pun terus digalinya lebih jauh. Ia pun ibarat tak kenal lelah dalam memperbaiki setiap karya yang dihasilkannya. Belajar dan terus belajar hingga kini ia lakukan sebagai kuncinya.

Ya, awalnya saya dari kecil memang suka menggambar. Gambar-gambar apa saja yang ada dalam benak pikiran saya,” ungkapnya kepada penulis.

Lanjutnya, untuk secara serius menggeluti melukis seperti apa yang ditampilkan dalam ajang temu rupa ini. Dikatakannya bahwa itu baru berjalan dua tahun yang lalu. Yaitu sebutannya pada karyanya itu aliran potrait. Dan dalam membuat karya-karya itu pun memang tak ditampik harus membutuhkan waktu cukup lama dan konsentrasi lebih. Tujuannya, agar karya seni rupa yang ada dapat benar-benar ‘hidup’.

Alhamdulillah, sekalipun masih baru sudah cukup banyak karya yang sudah saya buat. Tak hanya pada kain kanvas ini. Melainkan, di bahan lain seperti kaca pun ada karya yang juga dari pencil chrocoal,” kata pria berkacamata ini.

Ditanya mengenai proses belajar yang ditekuninya sendiri, ia yang saat ini tinggal di Kota Tarakan itu menjelaskan bahwa metode belajarnya hanya dari video di konten Youtube. Artinya, proses belajarnya dapat dikatakan secara otodidak.

“Dari belajar otodidak ini menjadi modal saya dalam mengkreasikan setiap karya yang ada,” ucapnya.

Sedangkan, terkait tantangannya sendiri sebagai seniman. Menurutnya cukup banyak. Meski, tak dikatakan secara rinci. Namun, sebagai seniman memang harus pandai dalam mengeskplor sebuah momen. Sehingga dari karyanya itu menghasilkan karya yang luar biasa.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X