‘Dulu Dianggap Seni, Ternyata Jalan yang Salah’

- Jumat, 22 November 2019 | 11:24 WIB

Bagi sebagian orang, mungkin menghapus tato di tubuhnya menjadi keputusan yang berat. Karena memang di dalamnya terkadang menyimpan seribu arti dan seni. Tapi, berbeda dengan orang–orang yang dalam hatinya ingin berhijrah ke jalan yang lebih baik, khususnya bagi umat muslim.

 

RACHMAD RHOMADHANI

 

SUASANA di area sekitar Masjid Agung Istiqomah, Tanjung Selor, tepatnya di bagian belakang, dalam kurun waktu dua hari ini tampak berbeda. Di sana, dipenuhi oleh orang dengan gaya laiknya anak punk.

Ya, ini dikarenakan mereka memiliki tato di bagian tubuhnya. Apakah, itu di bagian lengan, kaki, punggung, dada dan lainnya. Saat itu mereka tampak berjajar rapi.

Usut punya usut, mereka yang saat itu tengah duduk dan sebagian berdiri merupakan orang-orang yang akan ‘hijrah’. Yaitu mereka ‘hijrahnya’ dengan ditandai menghapus tato di tubuhnya.

Saat itu pun, satu persatu orang bertato itu secara bergantian masuk dalam ruang ukuran tak kurang dari 2x2 meter. Tak hanya kaum adam, melainkan hawa pun ada di antara ratusan para kaum lelaki itu.

Akhirnya, mereka pun dengan menahan sedikit rasa sakit saat tubuhnya ‘ditembak’ sinar laser. Namun, karena tingginya rasa niat ‘hijrahnya’. Rasa sakit itu pun seraya tak dirasakannya. Melainkan, rasa syukur yang tinggi mereka utarakan pasca laser itu mulai menghilangkan tato di tubuhnya.

Mahmud (36) salah seorang yang ‘hijrah’ dengan menghapus seluruh tato di tubuhnya mengatakan, dirinya memiliki tato itu sejak usia 20 tahun. Hal itu dikarenakan pengaruh lingkungan yang saat itu membuatnya bertato.

Bahkan, diakuinya tato di tubuhnya tak hanya pada lengan kanannya. Melainkan, di kedua kakinya pun terdapat tato. Dan itu sangat disesalinya saat ini. Karena itu dalam ajaran Islam tidak dibenarkan.

“Tentu saya menyesal. Mengapa dulu sampai memiliki tato seperti ini. Padahal dalam hati kecil saya tak ingin memilikinya,’’ ungkapnya usai menghapus tato di tubuhnya.

Dikatakannya juga, memiliki tato itu memang awalnya saat usia remaja merupakan sebuah seni. Ternyata itu merupakan jalan yang salah. Karena menurutnya itu dapat mengurangi niatnya beribadah kepada Allah SWT.

“Meski tato saya ini tak menutupi area saat wudzu. Hanya, saat menyucikan diri sepenuhnya tetap terganggu. Ya, itulah mengapa saat ini saya niatkan untuk hidup lebih baik lagi ke depannya,’’ ujar pria bertopi ini.

Senada dikatakan Ferdy (40), bahwa dirinya memiliki tato sejak tujuh tahun yang lalu. Dan itu memang pengaruh dari lingkungan dan rekan-rekannya. Dan dirinya pun mengaku cukup menyesalinya.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X