Prihatin Harga Pupuk Naik dan Hoaks

- Rabu, 20 November 2019 | 18:17 WIB

Lulus dengan menyandang status cumlaude tentunya menjadi impian dan keinginan setiap mahasiswa di semua perguruan tinggi. Predikat tersebut diraih dengan tidak mudah. Perlu kerja keras. Di antara mereka yang lulus tahun ini di Universitas Borneo Tarakan (UBT) berbagai cerita. Seperti apa?

---

MUNGKIN acara wisuda UBT 2019, Selasa (19/11) merupakan hari yang tak pernah dilupakan bagi Siti Mukrimah (23. Hari kelulusan yang membanggakan. Ia menerima predikat cumlaude dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,95.

Usahanya tidak terlepas dari kerja keras serta doa dari orang tua setiap waktu. “Alhamdulillah. Tentu ini saya tidak menyangka dapat menjadi salah satu yang terbaik. Selama ini saya tidak merasa biasa-biasa saja dalam hal belajar dan tidak merasa unggul dari mahasiswa lainnya. Jadi pas tahu cumlaude, saya cukup terkejut. Saya bisa membuktikan kepada orang tua saya kalau saya bisa menjadi yang terbaik,” ujarnya, (19/11).

Mahasiswa jurusan agroteknologi pada Fakultas Pertanian tersebut mengatakan predikat itu tidak terlepas dari  tugas terakhir yang menjadi bahan skripsi. Banyak dipuji. Ia menjelaskan dalam penelitian tersebut, ia berhasil menemukan cara pemanfaatan bakteri pada pupuk tanaman. Dengan pemanfaatan tersebut sehingga membuat tanaman dapat tumbuh 2 kali lipat lebih subur dari sebelumnya.

“Jadi skripsi saya itu adalah meliti tentang penggunaan bakteri, yang bakteri itu nantinya bisa meningkatkan unsur fosfor pada tanaman. Sehingga dengan hal itu akan meningkatkan aktivitas produksi sel tanaman yang dapat membuat tanaman menjadi lebih subur,” tukasnya.

Penelitian tersebut dilakukan, atas keprihatinan semakin meningkatnya harga pupuk yang tidak diikuti peningkatan hasil panen. Sehingga melihat kondisi tersebut, dirinya terpanggil untuk membuat pupuk yang dapat meningkatkan hasil panen. “Karena kebanyakan para petani menggunakan pupuk yang sifatnya tidak sepenuhnya bisa diserap tanaman, sehingga hal itu membuat tanaman tidak dapat berbuat dan berkembang secara maksimal. Oleh karena itu saya mencoba mencari bakteri baru yang  bakteri ini bisa digunakan oleh petani sebagai pupuk pengganti,” tuturnya.

Sekilas wisudawati kelahiran 1996 ini tidak terlihat berbeda dari mahasiswa lainnya. Namun, sebagai seorang yang memiliki impian besar wajib memiliki prinsip berbuat sebaik mungkin. “Sebenarnya tidak ada rahasia khusus saya dalam hal belajar. Tapi prinsip saya dalam belajar adalah saya tidak menuntut dari saya untuk menjadi yang terbaik dari orang lain. Namun saya selalu menekankan kalau saya harus menjalankan sesuatu dengan sebaik-baiknya,” ucapnya.

Selain itu, dalam kehidupan ia mengaku tidak memiliki kisah yang begitu menarik atau kisah sedih yang bisa membuat orang terharu. Menurutnya, kehidupan yang dimiliki hampir serupa dengan mahasiswa lainnya. “Untuk perjuangan khusus saat kuliah sepertinya tidak ada cerita yang menarik. Karena selama ini saya tidak jauh berbeda seperti mahasiswa lainnya. Saya kelahiran di Tarakan dan juga tinggal bersama orang tua. Saya pikir untuk cerita menariknya masih tidak ada apa-apanya dengan mahasiswa yang jauh dari orang tua,” ungkapnya.

Seperti kehidupan dan gaya belajar, ia juga mengaku memiliki target yang serupa seperti lulusan lainnya. Ialah mencari pekerjaan layak untuk melanjutkan hidup. Meski demikian, ia memiliki rencana lainnya jika tidak dapat mencapai target awal. “Untuk target ke depan sepertinya saya juga mengikuti lulusan pada umumnya adalah mengikuti seleksi CPNS. Kalau mungkin belum beruntung saya berusaha untuk melanjutkan jenjang S-2,” pungkasnya.

 

MEDIA WAJIB JADI PENANGKAL

Sementara Anny Susilowaty, S.Kom, M.H, lulusan terbaik pascasarjana UBT tahun ini berbagi kisah penelitiannya tentang hoaks. Anny, sapaannya mengupas tentang pandangan hukum terhadap beberapa kasus hoaks yang ditangani aparat penegak hukum.

“Kasus Ratna Sarumpaet dan beberapa kasus lain menjadi trigger (latar belakang) penelitian ini. Semua orang berharap UU ITE cukup, ternyata polisi tidak mengenakan UU ITE saja. Ada UU Nomor 1/1946. Saya penasaran, kenapa yang baru tak cukup menjerat pelakunya. Ternyata dalam penelitian saya, hoaks itu tak hanya dalam satu UU saja, ada UU lainnya,” ujar Anny yang juga menjabat sebagai komisaris Radar Tarakan.

Yang membuat ia yakin menuntaskan penelitian itu karena baru pertama kali di lingkungan UBT, dan akan dikembangkan lagi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X