Longsor di KTT Murni Kecelakaan Tambang

- Sabtu, 9 November 2019 | 09:14 WIB

TANJUNG SELOR – Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Kalimantan Utara (Kaltara) menyatakan bahwa insiden longsor yang terjadi di kawasan pertambangan PT Pipit Mutiara Jaya (IUP PMDN) Site Desa Bebatu, Kabupaten Tana Tidung (KTT), Selasa (31/10) murni kecelakaan tambang.

Kepala Dinas ESDM Kaltara, Ferdy Manurung Tanduklangi mengatakan, untuk memastikan penyebab terjadinya tanah longsor tersebut, tim dari inspektur tambang telah melakukan investigasi ke lokasi longsoran. Selain itu, tim dari ESDM Kaltara juga sudah meninjau ke lokasi tersebut.

“Kemarin saya juga sudah mengecek ke lapangan dan di sana tidak ada masalah. Hanya kecelakaan tambang saja, jadi murni kecelakaan tambang,” ungkap Ferdy kepada Radar Kaltara. Di dalam dunia pertambangan, sambung Ferdy, ada namanya istilah kecelakaan tambang di luar tambang atau alam. Nah, insiden longsor itu ada kombinasi antara tambang dengan alam. “Kalau unsur kelalaian tidak ada. Saya lihat sendiri, itu faktor alam dan saya heran juga kenapa di video dengan di lokasi berbeda,” sebutnya.

Sebab jika di dalam video itu seperti fenomena likuefaksi tanah atau pencairan tanah seperti terjadi di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Padahal fakta di lapangan tidak seperti itu, bahkan lokasi longsoran itu terjadi di dataran rendah. “Kalau di video itu jauh sekali, mirip fenomena likuefaksi,” ujarnya.

Awalnya, tanah itu datar, kemudian digali untuk mengambil batu bara yang ada di bawah tanah tersebut. Tanah bekas galian itulah yang kemudian longsor. “Di area tambang itu tanah nya berair, jadi itulah juga yang memengaruhi terjadinya longsor. Sebenarnya yang longsor itu jalan,” bebernya.

Ferdy mengaku heran, kenapa video yang beredar di masyarakat menjadi viral, padahal kejadian di lapangan biasa saja. “Saya sudah tanya ke pihak perusahaan, dan mereka mengaku bahwa sudah mengantisipasi hal itu. Tetapi perusahaan juga tidak menyangka kalau kejadiannya akan seperti itu, karena harusnya longsor terjadi dari depan malah terjadi dari arah belakang,” sebutnya.

Kecelakaan tambang, jelas Ferdy, ada kategorinya. Kecelakan tambang kecil, sedang dan besar. Untuk kejadian yang terjadi di KTT itu antara kecil hingga sedang, karena luar area yang longsor itu hanya sekitar 15 meter saja. “Untuk hasil investigasi, akan kami laporkan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM), dan saat ini PMJ sudah beroperasi normal,” bebernya.

Sebelumnya diketahui, lokasi longsor berada tepat di Jalan Tambang dari Disposal menuju Pit 9 Utara. Dalam peristiwa itu, 6 unit alat berat yang tertimbun di antaranya 3 unit ekskavator, 1 unit buldoser, 1 unit articulated dump truck (ADT) dan 1 unit light vehicle (LV).

Romi Kurnia, Staf Pengawas Keselamatan Pekerja PMJ mengatakan, longsor tersebut menurutnya bencana yang memang tidak bisa diduga. Sebelum kejadian, dirinya melakukan perbincangan bersama rekan kerja. Jika tidak ada hujan selama sepekan dan datang hujan selama seharian, maka dapat mengakibatkan longsor.

"Jadi kejadian yang sebenarnya tidak seperti pada video yang beredar, memang menurut analisa saya ketika tidak terjadi hujan selama seminggu dan hujan pun tiba selama seharian itu pasti akan terjadi longsor,” bebernya.

“Tapi kalau dalam video yang beredar itu seperti longsor dahsyat, padahal tidak seperti itu dan tidak sedalam yang ada di video. Kenapa begitu, karena pada saat pengambilan video tersebut itu posisi si perekam memang berada di bawah. Jadi seakan-akan itu seperti tinggi," jelasnya. (*/jai/eza)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X