BERMUNCULANNYA kue kekinian, tak serta merta menenggelamkan kue basah ataupun kue tradisional. Bahkan kue basah ini masih diminati di kalangan masyarakat. Ternyata, di balik kesederhanaannya, kue basah ini tetap pilihan favorit di pecintanya. Dapat terlihat saat ada acara-acara. Aneka kue basah ini banyak dihidangkan di atas meja.
Banyaknya penggemar kue basah ini, tak ayal ketenaran kue basah mampu bersaing dengan kue kekinian. Maklum kue basah cukup beragam dengan varian rasanya. Konon, kue basah ini dinilai sebagai jajanan sehat dan bergizi, lantaran komposisi bahan-bahannya lebih segar dan alami.
Rasanya pun cocok dengan semua kalangan. Tidak heran keberadaannya masih dirindukan dan dicari-cari. Apalagi saat pagi dan sore hari. Kue basah ini menjadi pilihan sebagai teman minum secangkir kopi ataupun teh hangat.
Di tangan Nurmiati, dalam sehari ia bisa membuat 10 jenis kue basah khas Bugis, Sulawesi Selatan. Seperti barongko, katirisala, kue cantik manis, bolu peca, sanggara talemme, sikaporo, pais, dan masih banyak lagi. Meski terbilang sederhana dan tradisional, tapi peminatnya masih menjamur.
Dilanjutkan wanita berusia 65 tahun ini, kue basah khas Bugis ini banyak memanfaatkan santan, gula pasir dan gula merah. Tidak heran, cita rasanya identik dengan kata manis. Hampir semua kue-kue buatannya ini mengandung santan. Konon penggunaan santan ini sudah menjadi khas dari aneka kue Bugis ini.
“Kalau tidak pakai santan, mungkin tidak ada rasanya. Rasanya juga manis, tapi kita tidak pakai sari manis,” kata wanita berhijab ini.
Diolah dengan teknik mengukus, kue basah ini tidak dapat bertahan lama. Tapi setelah matang, aromanya seraya memamggil-manggil dan segera disantap. Yummy. (*/one/fly)
