Imbaya Ulun Tidung Lestarikan Adat Budaya

- Selasa, 29 Oktober 2019 | 19:46 WIB

MALINAU - Banyak hal yang menarik disajikan oleh warga Tidung dalam acara Imbaya Ulun Tidung 2019 yang bisa disaksikan oleh masyarakat umum. 

Salah satunya pelaksanaan atraksi adat dan budaya tata cara pernikahan Suku Tidung yang digelar pada hari kedua, Minggu (27/10).

Terkait atraksi adat dan budaya tersebut, Ketua Umum Lembaga Adat Besar Tidung (LABT) Kabupaten Malinau Drs. H. Edy Marwan, M.Si menjelaskan, kegiatan Imbaya Ulun Tidung tahun 2019 ini berbagai atraksi adat dan budaya akan ditampilkan dan atraksi ini bukan berakhir pada hari pertama dan kedua saja, tetapi hingga usai pelaksanaan Imbaya Ulun Tidung pada tanggal (5/11) nanti.

“Tentunya atraksi yang kami tampilkan ini tidak terlepas dari adat dan budaya yang memang sudah dikembangkan sejak dulu kala dan kita pertahankan hingga sekarang,” ujar Ketua Umum LABT Kabupaten Malinau, Minggu (27/10) di Baloy Adat Tidung, Desa Wisata Serindit Malinau Seberang, Kecamatan Malinau Utara.

Di hari kedua setelah pembukaan, kata H. Edy Marwan, pihaknya menampilkan tata cara adat istiadat pernikahan yang didahului dengan tarian kolosal yang menandakan kerukunan dan kebersamaan serta keharmonisan masyarakat Tidung secara keseluruhan.

Setelah tari kolosal, dilanjutkan dengan penjemputan pengantin atau calon mempelai pria yang datang bersama keluarga yang didahului dan diiringi dengan berbagai atraksi adat seperti permainan terbangan (rebana), kemudian dilantunkan lagu-lagu kebesaran, lagu-lagu mengagungkan dan lagu-lagu yang penuh doa kepada calon mempelai pria.

“Setelah itu, sampai ke tempat wanita, dilanjutkan dengan penyambutan tradisi yang dikenal dengan timug pensalui atau air pendingin. Mempelai pria disambut dengan ucapan selawat nabi, dalam artian agar menimbulkan kesejukan, ketenangan hati, dan kepiawaian dalam menentukan langkah kehidupan masyarakat ke depan,” jelas pria yang saat ini juga menjabat sebagai Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabupaten Malinau ini.

Kemudian, lanjutnya, pengurus adat mempersilakan calon mempelai pria untuk menginjak batu. Batu ini menandakan bahwa bagaimana kerasnya batu, begitulah tegarnya hati dari calon mempelai pria dalam mengarungi bahtera kehidupannya untuk mewujudkan keluarga sakinah, mawadah dan warahmah.

Mempelai pria juga dipersilakan untuk menggigit pisau yang mempunyai makna bagaimana tajamnya pisau, begitulah ketajaman hati dan perilaku calon mempelai pria tersebut untuk memajukan dan mempertahankan keluarganya. Kemudian, usai menggigit pisau, sang mempelai pria dipersilakan meminum air putih. 

“Kita ketahui air adalah bersifat dingin, maka bagaimana dinginnya air itu, bagaimana sejuknya air itu, begitulah dingin dan sejuknya calon mempelai pria dalam membina keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah,” urainya.

Setelah melewati beberapa rangkaian tersebut, mempelai pria dan rombongan disambut dengan tarian silat. Silat ini, sebut Ketua Umum LABT yang akrab disapa H. Edy ini, menandakan bahwa ada unsur kesiapan apakah siap untuk menerima calon mempelai pria untuk hidup bersama-sama calon mempelai wanita atau tidak. 

Usai disambut dengan atraksi silat, dilanjutkan dengan acara nyukab de tabir pengantin atau pembukaan tabir. Atraksi adat ini merupakan prosesi sebelum mempelai pria melihat secara langsung mempelai wanita. Tabir yang pertama, lanjut H. Edy menjelaskan, menandakan tiga yang dilewati. Kenapa seperti itu, karena ada beberapa langkah kehidupan yang dilewati sebagai manusia makhluk ciptaan Allah SWT. 

“Yang pertama langkah kehidupan, bagaimana kehidupan di dunia ini yang lebih luas, makanya tirai itu lebih luas. Namun menimbulkan cahaya kedamaian, cahaya keindahan dan cahaya kesuburan, itulah makna yang tersirat dari tirai pertama yang dibuka oleh kelompok ataupun rombongan dari mempelai pria,” ungkapnya lagi. 

Membuka tabir tersebut, tentunya melalui mahar dan mahar tersebut adalah mahar yang tidak disepakati, tetapi berkembang sesuai dengan harkat dan sesuai dengan hakikat daripada tabir itu. Setelah tabir pertama dibuka, muncul tabir kedua, demikian juga tabir ketiga, tabir keempat hingga tabir kelima. 

Kenapa lima tabir, karena rukun Islam ada lima. Yang pertama tentunya mengucapkan dua kalimat syahadat, yang kedua melaksanakan salat, yang ketiga melaksanakan puasa, yang keempat membayar zakat dan kelima melaksanakan ibadah haji apabila mampu.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Rekomendasi

Terkini

PLN dan PWI Kalteng Gelar Donor Darah

Kamis, 29 Februari 2024 | 10:23 WIB
X