NUNUKAN - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Nunukan, tetap berupaya agar masyarakat tetap menanam komoditas perkebunan selain kelapa sawit.
Salah satunya yang dianjurkan seperti komoditas kakao. Pemerintah, melalui bantuan Kementerian Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal, berusaha mempertahankan kebun kakao yang tersisa dengan membangun pabrik pengolahan kakao dan cokelat dengan konsep desa wisata agribisnis di Kecamatan Sebatik Tengah.
Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan DPKP Nunukan, Eko Budi Santoso, mengatakan, dengan hadirnya pabrik tersebut diharapkan ketergantungan terhadap penjualan biji kakao ke Tawau, Malaysia dapat dikurangi dan harga biji kakao kering menjadi lebih baik. Masyarakat di sekitar lokasi pabrik juga diharapkan mendapatkan imbasnya dengan hadirnya produk.
“Cokelat lokal untuk meningkatkan pendapatan, hal ini dilakukan karena Sebatik adalah penghasil buah-buahan yang menjadi sumber penghasilan masyarakat,” kata Eko Budi Santoso.
Demikian juga dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti kelapa dalam, kopi dan lada, telah dilakukan upaya hilirisasi produk. Pada komoditas kelapa dalam terdapat dua upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk. Yaitu dengan kerja sama antara Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi Kalimantan Utara dan pihak swasta. Dan akan dilakukan pengolahan kelapa dalam terpadu untuk menghasilkan cocofiber, cocopeat, cocomilk dan produk lainnya untuk tujuan pemasaran nasional maupun ekspor.
Selain itu dilakukan pengembangan kelapa pandan, salah satu jenis kelapa dalam eksotis yang banyak terdapat di Pulau Nunukan dan Sebatik, bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Perkebunan. Diharapkan dalam jangka 5 tahun hingga 10 tahun ke depan, kelapa pandan Nunukan dapat dipasarkan di tingkat nasional sebagai produk segar berupa kelapa muda.
Hilirisasi juga dilakukan untuk mengembangkan lada biji menjadi lada bubuk. Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dan pendapatan pekebun lada.
“Hal yang tidak kalah pentingnya adalah upaya pemerintah pada komoditas kelapa sawit. Dengan luas tanam 121.467 hektare dan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 1.657 ribu ton memerlukan pabrik pengolahan kelapa sawit yang cukup untuk menampungnya,” ujarnya. (nal/zia)