Sampah Plastik Mengganggu Rantai Makanan

- Senin, 21 Oktober 2019 | 08:46 WIB

 KEBERADAAN sampah plastik di perairan tidak hanya mengancam keberlangsungan biota laut. Tetapi juga mempengaruhi rantai makanan, yang ujungnya dapat berdampak pada manusia itu sendiri.

Wakil Dekan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dhimas Wiharyanto, S.Pi., M.Si, mengatakan, sampah di perairan yang tidak ditangani dengan serius tentu mengancam keberadaan dan kelangangsungan biota laut.

Tumpukan sampah ini dapat mengganggu habitat biota laut. Entah itu mempersempit ruang lingkup, sekaligus berdampak buruk pada proses ekologi. Apalagi sampah plastik yang merupakan benda asing di perairan atau laut, membutuhkan proses yang sangat lama untuk terurai.

“Tempat ikan mencari makan berkurang dan mengganggu ikan bertelur. Bahkan beberapa hasil penelitian, ikan yang makan mikroplastik itu berbahaya juga,” terangnya kepada Radar Tarakan beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan, sampah-sampah yang ada di perairan atau laut bisa menjadi daya tarik ikan untuk memakannya. Baik itu mikroplastik, dan ada pula hewan laut yang langsung memakan plastik secara utuh dan bisa menyebabkan kematian pada hewan tersebut. “Beberapa penelitian mengatakan, sampah menjadi daya tarik ikan untuk memakannya. Seperti mikroplastik, bisa dimakan ikan,” bebernya.

Secara tidak langsung, keberadaan sampah plastik di perairan atau laut bisa mempengaruhi rantai makanan. Misalnya saja, organisme terkecil atau plankton memakan plastik atau mikroplastik. Secara tidak langsung, hewan ukuran besar yang memakan plankton pun akan teracuni. Pada akhirnya akan merancuni manusia, yang mengonsumsi ikan tersebut.

“Dan itu masuk dalam rantai makan. Dari mikroplastik bisa terakumulasi dalam tubuh ikan. Di hilir, bisa pengaruh pada manusia yang memakannya juga. jadi itu terkontaminasi oleh plastik,” jelasnya.

Tak hanya di lautan, sampah plastik di tepi pantai tepatnya daerah mangrove pun bisa berpengaruh. Yang mana dapat mengganggu bibit mangrove, akarnya terikat dan lambat laun menghambat pertumbuhan mangrove. “Terkadang juga menutupi akar-akar mangrove,” katanya.

Sesungguhnya sampah plastik ini berdampak besar di setiap sudut lingkungan. Tidak hanya pada biota laut, tetapi juga perekonomian masyarakat.

Kemudian tumpukan sampah di pinggir pantai dapat menurunkan estetika atau keindahan dan daya tarik pengunjung. “Dampaknya secara umum merugikan. Dari segi ekonomi, dapat mengganggu transportasi laut. Kalau banyak sampah, nanti nelayannya nangkap sampah bukan ikan,” jelasnya.

Ia mengatakan asal muasal sampah plastik tentu sisa dari aktivitas manusia. Pengetahuan tentang sampah, membuang sampah sembarang tempat pun dianggap biasa. Tentu ini menjadi permasalahan serius untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

Kemudian disusul dengan mengurangi pengunaan kantong plastik. Nah, dalam hal ini bisa mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Tidak hanya mengurangi permasalahan sampah, tetapi juga menghasilkan energi.

“Di Tarakan, ada yang sudah memanfaatkan sampah plastik diubah menjadi sumber energi atau solar,” ujarnya.

Kemudian sampah plastik pun bisa dimanfaatkan oleh sekelompok masyarakat untuk didaur ulang menjadi kerajinan tangan. Mengatasi permasalahan sampah plastik ini perlu didukung penegak hukum.

“Penanganan hukum juga penting. Ditegakkan untuk pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Selain menangani sampah yang sudah ada, sumber atau asalnya juga perlu disadarkan,” tutupnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB
X