TARAKAN – Jumat (18/10) sekira pukul 09.30 WITA, puluhan pasien yang tengah mengantre di lobi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan dikejutkan jatuhnya kaca dari plafon. Insiden itu pun menimpa seorang keluarga pasien.
Diketahui, kecelakaan tersebut terjadi akibat kelalaian seorang petugas saat menginjak atap kaca pada atap ruang lobi RSUD. Baik petugas maupun keluarga pasien yang menderita luka kemudian mendapat penanganan medis.
Saat dikonfirmasi, seorang saksi mata Bambang Hendarto (29) menjelaskan, saat itu dirinya berada di depan loket pengambilan obat. Tidak lama kemudian, pecahan kaca jatuh dari atap ruang lobi. Pecahan kaca menimpa seseorang di bawahnya. Korban pun langsung dilarikan ke IGD untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Saya pas duduk memang ke arah pintu masuk lobi. Ada yang kena pecahan kacanya,” ujar Bambang, kemarin (18/10).
Direktur Utama RSUD Tarakan dr. Muhammad Hasbi Hasyim mengaku saat kejadian, dirinya sedang melihat pengerjaan pembangunan di depan RSUD. Selang beberapa menit kemudian, dirinya kaget melihat ada kerumunan di sekitar lobi.
“Petugas CS (layanan kebersihan) mengaku menginjak kaca tersebut. Ketebalannya (kaca) sekitar 1 cm saja. Kami juga tidak tahu kaca ini apakah boleh diinjak atau tidak. Ini memang kejadian tidak diinginkan. Human error saja,” ungkapnya ketika dikonfirmasi.
Ia mengakui atas kejadian tersebut, seorang keluarga pasien mengalami luka ringan di bagian kepala. Sementara, satu orang CS mengalami luka ringan di bagian tangan dan benturan di bagian dada.
“Luka kulitnya saja, enggak sampai 1 cm. Itu sudah kami tindaki. Untuk CS, sudah kami periksa juga dan di-rontgen, sudah tidak apa. Luka ringan saja,” ungkapnya.
Diakuinya, pihak ketiga yang mengelola kebersihan kurang berkoordinasi dengan RSUD Tarakan. Seharusnya di area tertentu, harus sesuai dengan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Menurutnya, petugas CS tersebut tidak semuanya dibekali pelatihan K3.
“Dulu-dulu itu, pihak ketiga yang lama koordinasi dengan pihak K3. Mestinya (K3) menjadi tanggung jawab CS ini untuk memilah area mana yang harus didampingi dengan K3. Beda misalnya kalau pel lantai, kan tidak perlu pendampingan. Tapi ini kan daerah berbahaya,” ucapnya kepada pewarta.
Pada atap lobi telah ditutupi dengan terpal. Pasalnya, saat kejadian yang sama, hujan juga membasahi area lobi. Ia menjelaskan, dengan kejadian tersebut pihaknya berencana mengganti dengan atap permanen.
“Tapi kami sudah diskusikan. Kami akan bahas secara intens, apakah kami lepas semua kaca atau ganti atap biasa. Tapi tetap melihat estetikanya, karena itu lobi,” ujarnya. (*/zac/lim)