Nyaris Punah, Memiliki Makna Gotong Royong

- Kamis, 17 Oktober 2019 | 10:19 WIB

 MALINAU - Sebagai Desa Wisata, tentunya Setulang, Kecamatan Malinau Selatan Hilir punya produk wisata unggulan untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Salah satunya kelupi.

Kelupi merupakan warisan leluhur berupa alat pemeras tebu tradisional. Sehingga tidak lengkap rasanya, jika jalan-jalan ke desa yang sejak 2013 silam ditetapkan sebagai Desa Wisata tak melihat lebih dekat kelupi yang keberadaanya kini nyaris punah.

Bentuknya cukup sederhana, dengan fungsi utamanya digunakan sebagai pemeras tebu. Karena itu, di batang kayu dipasang beberapa potong kayu kecil yang digunakan sebagai tuas pemutar.

Agar kelupi bertahan lama, bahan dasarnya tidak bisa sembarang, harus menggunakan kayu ulin, kayu yang cukup kuat.

Lalu bagaimana cara kerjanya? Pewarta media ini berkesempatan  melihat langsung bagaimana masyarakat menggunakan kelupi, mulai tahap pertama kali digunakan hingga proses akhir, menghasilkan  air tebu yang memiliki cita rasa istimewa.

Namun, sebelumnya jika bicara di zaman serba modern ini. Beberapa kebutuhan pangan yang dikonsumsi prosesnya melalui teknologi canggih. Sehingga cara kerjanya lebih cepat. Termasuk dalam persoalan menghasilkan air tebu. Tebu dimasukkan ke dalam mesin, secara otomatis terperas dan menghasilkan air.Tapi yang kali ini (kelupi) disaksikan pewarta berbeda 360 derajat. Butuh waktu panjang dan kekompakan masyarakat untuk menghasilkan air tebu.

Sebab, warisan leluhur yang hampir punah itu selain memiliki keunikan, juga tak ada campur tangan teknologi dalam bekerja. Kearifan lokal mendominasi. Terlebih, saat memeras tebu dengan diiringi musik dan tari tradisional.

Namun untuk menjalankan fungsinya, dibutuhkan 7 – 8 orang. Karena masing-masing punya tugas. Artinya, dibutuhkan koordinasi yang apik dalam menggunakan kelupi. Sebab, selain diwajibkan harus tarik dan dorong tuas. Ada beberapa orang yang siap menempatkan tebu di lantai dasar. Ada juga yang bertugas menadahi air tebu. Cukup rumit.

Tapi siapa sangka bahwa kelupi tebu satu-satunya di Desa Wisata Setulang ini memiliki daya tarik. Tak hanya wisatawan lokal tapi juga mancanegara yang penasaran dengan kelupi.

Bahkan, satu dari dua turis asal Jerman yang berkunjung ke Desa Wisata Setulang mencoba memeras tebu menggunakan alat tradisional tersebut bersama-sama masyarakat setempat. Kepala Desa Wisata Setulang, Hansicov mengatakan, alat pemeras tebu tradisional peninggalan leluhur diakuinya memiliki daya tarik,  sehingga wajar banyak wisatawan yang datang untuk berkunjung dan bersama-sama masyarakat mempraktikkan cara kerja kelupi.

“Ini sebagaimana amanat dari Bupati Malinau, Yansen TP bahwa kelupi itu wajib untuk terus dilestarikan. Dan selama ini kami sudah menjalankannya, karena menjadi daya tarik bagi wisatawan,’’ katanya.

Tapi kata Hansicov, kelupi tidak hanya sekadar sebagai alat pemeras air tebu melainkan memiliki makna filosopi di dalamnya. Yakni ‘pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan jika dikerjakan bersama-sama, apalagi dengan hati yang senang’. Artinya bergotong royong.

“Makna itu dapat dirasakan jika bersama-sama mempraktikkan penggunaan kelupi’’ ucapnya.

Sementara, Bupati Malinau Yansen TP mengatakan, kelupi merupakan alat tradisional peninggalan leluhur dan memiliki sebuah keunikan. Karena itu menurutnya perlu untuk dilestarikan kembali.

Karena itu pada 2018 lalu Pemkab Malinau melakukan peresmian alat tradisional tersebut. Tujuannya, agar di era yang serba terknologi saat ini atau era 4.0 peninggalan leluhur tidak punah.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X