Antara Prestasi dan Nama Daerah

- Selasa, 15 Oktober 2019 | 08:22 WIB

 

 MOES Santoso, sangat menyayangkan keberhasilan cucunya ini tidak membawa nama Kalimantan Utara (Kaltara). Bagaimana tidak, sejak 2013 Dita Karenza diadopsi Provinsi Jawa Barat.

Bukan tanpa alasan. Merasa tidak terurus di kota sendiri, pelatih nasional cabang olahraga (cabor) catur ini memutuskan mengirimkan cucunya ke Bandung, Jawa Barat. Dengan setitik harapan, cucunya ini bisa menjadi atlet internasional.

“Tahun 2012 pernah mewakili Kaltim, saat kita masih Kaltim. Tapi karena tidak ada perhatian dari Kaltim, Tarakan juga mulai minim semenjak ditinggal Pak Jusuf SK. Penghargaan terhadap olahraga makin berkurang. Jadi mau tidak mau, saya persilakan diadopsi Jawa Barat demi karier mereka,” katanya mengawali cerita kepada Radar Tarakan.

Dita berhasil meraih dua medali emas dari cabor catur standar dan catur cepat. Sementara mendapatkan medali perak dari catur kilat.

“Catur standar durasinya 3 jam, catur cepat durasinya 50 menit dan catur kilat durasi 6 menit. Jadi kejuaraan wanita usia 20 tahun di seluruh Asia Timur. Ada Cina, India, Indonesia, Vietnam dan lainnya,” lanjut pria kelahiran Surabaya, 25 Desember 1955.

Namun jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, masih ada kerinduan cucunya ini mengharumkan nama kampung halaman. Seperti ada pepatah, sejauh apapun kaki ini melangkah, pasti punya tempat untuk kembali pulang.

“Karena lebih baik membela kampung halaman sendiri, daripada kampung orang lain. Demi mereka menjadi atlet dunia, saya terpaksa mengirim keluar karena tidak adanya perhatian dari pemerintah,” kata pria berambut putih ini.

Selain Dita Karenza, nama Dewi Ardhiani Anastasia Citra (25) juga masuk dalam kancah internasional sebagai juara 1 Women Internasional Grand Master Tournament 2019 di Novi Sad, Serbia.

Tak sampai di situ, Niken Sicylia Stevanova (10) dan Shalom Catreya Marcelina Papian (6) akan mewakili Kaltara di Kejuaraan Nasional Catur 2019 di Kota Ambon.

“Saya tetap berusaha, agar cucu saya bertanding untuk Kaltara. Semoga ada perhatian dari pemerintah. Karena kalau tidak ada perhatian dari pemerintah, terpaksa mereka bertarung membawa nama provinsi lain,” katanya.

Dikatakannya, cucu-cucunya ini terlatih di cabang olahraga catur sejak usia 5 tahun. Di usia 7 tahun, Dita Karenza sudah meraih juara nasional. Bisa dibilang, keterampilannya di dunia cabor catur sudah tidak diragukan lagi.

Sejak dini, Moes Santoso mengarahkan cucu maupun anaknya terlibat dalam ekstrakurikuler cabang olahraga. “Entah itu basket, voli, binaraga, yang mana cabang olahraga dia sukai. Kebetulan saya pelatih catur, sehingga mereka lebih bisa. Karena ditangani langsung oleh saya, jadi setiap hari latihan,” ujar Pelatih Nasional Cabor Catur ini.

Secercah harapan masih ada di dalam dirinya untuk pemerintah provinsi. Dia mengatakan, atlet asal Tarakan ini bisa mengharumkan nama provinsi sendiri. Besar harapannya, pemerintah lebih serius memajukan cabang olahraga di provinsi termuda ini.

“Sepanjang Kaltara serius mewadahi, mereka bisa membawa nama Kaltara. Atlet asal Tarakan ada 4, yaitu Citra, Dita, Nadya dan Juwita. Saya jamin mereka bisa borong emas, tergantung perhatian dari pemerintah. Saya sempat cerita-cerita di grup tentang cucu-cucu saya juga, ternyata ada 6 provinsi yang mau mengadopsi. Ada Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan,” tutupnya. (***/lim)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Data BPS Bulungan IPM Meningkat, Kemiskinan Turun

Kamis, 28 Maret 2024 | 17:00 WIB

Ombudsman Kaltara Soroti Layanan bagi Pemudik

Kamis, 28 Maret 2024 | 16:30 WIB

Harus Diakui, SAKIP Pemprov Kaltara Masih B Kurus

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Penanganan Jalan Lingkar Krayan Jadi Atensi

Kamis, 28 Maret 2024 | 11:10 WIB

Jalan Penghubung di Krayan Ditargetkan Maret Mulus

Selasa, 26 Maret 2024 | 13:50 WIB

3.123 Usulan Ditampung di RKPD Bulungan 2025

Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB

Anggaran Rp 300 Juta Untuk Hilirisasi Nanas Krayan

Senin, 25 Maret 2024 | 18:45 WIB
X