PROKAL.CO,
AKSINYA selama beberapa bulan terakhir menjadi buah bibir. Bagaimana tidak, dengan jabatan yang dimiliki tak membuatnya memilih berada di ruangan yang nyaman. Ia lebih memilih berada di lokasi karhutla dengan hawa panas. Tak hanya itu, tugasnya tidak dibedakan dengan personel lainnya. Semua tugas lapangan sudah dilakukan. Terkadang, ia harus bermalam di lokasi karhutla. Niat tulus dan perbuatannya begitu ikhlas.
Dia, Ali Patokah orang yang tak bisa diam ketika mendapati informasi terjadi karhutla. Uniform lapangan berwarna orange selalu disiapkan di kendaraan miliknya. Setiap operasi penanganan karhutla ia mendominasi memimpin personelnya. Dengan jabatan yang diemban sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bulungan ia lebih memilih terjun langsung di lapangan dibanding menunggu informasi dari personelnya di lapangan.
Walaupun selama berada di lapangan selain harus mengerahkan tenaga dan pikiran, ia juga ikut membiayai hingga 30 kali operasi atau kegiatan dari dana pribadi miliknya. Ia tidak bisa lagi mengandalkan anggaran dari instansi yang ia pimpin. Sebab, selama satu tahun penganggaran hanya mampu mengcover enam kegiatan.
“Sejak awal sudah habis, sebab target setahun hanya enam kegiatan. Ternyata 30 kegiatan. Karena kami tidak tega mendengar informasi di manapun dan kapanpun ketika terjadi karhutla dan kami selalu siap,” ucapnya.
Setiap kali kegiatan ia mengerahkan setidaknya 20 hingga 26 orang. Kemudian dibagi menjadi tiga regu agar masing-masing delapan orang tiap regu dan dilakukan bergantian guna menjaga kondisi kesehatan. Dengan jumlah personel puluhan dikerahkan, kemudian enam armada setidaknya membutuhkan Rp 4 juta. Setiap kegiatan artinya pendanaan pribadi sudah mencapai Rp 60 juta dikeluarkan.
Hal itu untuk pembiayaan bahan bakar kendaraan dan konsumsi personel yang bertugas di lapangan. Dan sejauh ini diperkirakan 15 kegiatan ditanggung pribadi. Untuk mendapatkan kepercayaan agar mendapatkan konsumsi personel harus menyebutkan namanya.