Mencicipi Kopi Racikan Barista Ala Warga Binaan

- Sabtu, 12 Oktober 2019 | 08:32 WIB

SUARA mesin penggilingan kopi memecahkan suasana hening di Workshop Bimbingan Kerja, Lapas Kelas II A Tarakan, pada Jumat (11/10) pagi. Di ruangan yang memiliki luas sekitar 8 x 10 meter ini, wadah bagi warga binaan mengasah keterampilan. Bisa disebut bekal kreatif saat menghirup udara bebas nantinya.

Di dalam ruangan ini, ada 15 warga binaan yang tengah mendengar instruktur dari seorang barista. Para warga binaan ini juga diberi kesempatan, langsung mempraktikkan ilmu yang sudah diserap.

Budi Santoso, salah seorang warga binaan yang mengikuti pelatihan meracik kopi ala kafe kekinian. Meski baru tiga hari mengikuti pelatihan, tampaknya pria berusia 31 tahun ini mulai menguasai mesin dan mengenali rasa biji kopi.

Setelah meracik biji kopi hingga menyeduhnya, dia merasakan pembuatannya tidak semudah meneguk secangkir kopi. Meski demikian, dia sudah bisa membuat Vietnam drip dan Japanese style iced coffee.

“Ternyata cara membuat kopi itu tidak gampang. Ada tahapan dan butuh kesabaran. Kopi yang kita gunakan ada dua jenis, yaitu Kintamani, Bali dan Aceh. Kopi dari Kintamani itu rasanya terasa banget di tenggorokan,” katanya.

Divonis delapan tahun masa hukuman, dia tidak menyangka bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat kelak. Meski ruang gerak yang terbatas, kreativitasnya tidak dibatasi jeruji besi.

Alhamdulillah, saya merasa bersyukur karena sebelumnya tidak pernah terpikir ada pelatihan. Kami warga binaan dapat pelatihan. Dari kegiatan ini menjadi bekal, ketika kami bebas,” harapnya.

Rupanya melihat warga binaan meracik secangkir kopi, juga pertama kali dirasakan Kepala Lapas Kelas II-A Tarakan setelah 29 tahun bertugas dan berkecimpung dalam suasana lapas. Maman Herwaman mengaku, ada rasa kebanggaan tersendiri melihat warga binaannya bisa meracik kopi nikmat.

“Ini pertama kali saya rasakan racikan kopi warga binaan. Pertama kali saya rasakan warga binaan ikut pelatihan barista, itu di Tarakan. Walaupun pelatihannya hanya tiga hari, tapi mereka sudah bisa meracik jenis-jenis kopi. Tadi saya coba Vietnam drip, rasanya luar biasa. Memang awalnya agak aneh, tapi di tetesan terakhir rasanya enak luar biasa,” akunya.

Jeruji besi Lapas Kelas II-A Tarakan ini, tidaklah menyeramkan seperti yang dibayangkan masyarakat. Tidak hanya menjalankan masa hukuman, tapi dibekali keterampilan yang dapat dimanfaatkan saat bebas nanti.

“Selain pembinaan kepribadian, ada juga pembinaan kemandirian dan ini adalah salah satunya. Ada beberapa pelatihan, seperti makeup artist, ada juga pertanian, perbengkelan dan masih banyak pelatihan lainnya,” bebernya.

Meski ruang geraknya terbatas, tapi warga binaan ini tidak ketinggalan tren. Seduhan kopi banyak digandrungi kalangan masyarakat umum. Tapi tren inipun bisa dirasakan warga binaan.

“Di luar banyak kafe yang bermunculan. Kopi salah satu kuliner yang booming, kita mencoba bagaimana bisa mengikuti tren,” lanjutnya.

Di tahap awal ini, ada 15 peserta warga binaan yang mengikuti pelatihan meracik kopi ala barista lapas. Ke depannya akan terus berlanjut. Tidak sekadar pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan warga binaan rencananya juga Lapas Kelas II-A Tarakan ini memasarkan hasil racikan biji kopi.

“Apalagi kita sudah punya alat dan mesinnya. Kita ada rencana mau pasarkan, nanti kita diskusi bagaimana kita bisa memasarkan produk ini. Paling tidak secara internal dulu, ke depannya juga masyarakat umum bisa merasakan racikan kopi warga binaan,” tutupnya. (***/nri)

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X