TPA Hake Babu Capek ‘Muntah-Muntah’

- Selasa, 8 Oktober 2019 | 08:48 WIB

TARAKAN – Kondisi tempat pemrosesan akhir (TPA) yang kelebihan kapasitas di Jalan Hake Babu, Tarakan Barat berlanjut. Seharusnya, pemerintah telah mengalihkan pembuangan sampah yang sebagian besar merupakan produksi rumah tangga tersebut.

Kepala UPT TPA Hake Babu Abd. Muin mengatakan volume sampah di kawasan itu terus bertambah. “Tahun kemarin saja 117 ton per hari, sekarang menjadi 127 sampai 130 ton per hari, meningkat sekitar 10 ton per hari dalam setahunnya. Kebanyakan sampah ini 60 persen sampah organik dan selebihnya itu non-organik,” ungkap Muin, Senin (7/10).

Perencanaan Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan yang akan memindahkan beban ke TPA baru di Kelurahan Juata Kerikil, Kecamatan Tarakan Utara dipastikan terealisasi dalam waktu yang lama. Saat ini lahan yang digunakan TPA masih belum jelas. “Kami masih menunggu kesiapan lahannya dulu, sementara masih proses verifikasi lahan buat pembangunan TPA,” tuturnya.

Luas area TPA yang ada dia Hake Babu sekira 3 hektare, dan mulai dioperasikan 1990-an silam. Pihaknya berencana membuka jalur baru di area tersebut karena masih ada bagian yang kosong, jadi sampah yang masuk bisa didistribusikan secara merata agar tidak terjadi penumpukan di satu sisi.

Sambil menunggu kesiapan tempah pembuangan sampah yang baru.

Ungkap Muin, lahan TPA yang baru rencana seluas 20 hektare. Selanjutnya mungkin ada tambahan lagi dikarenakan lahan yang dibuka untuk TPA ini sekitar 50 hektare.

Sebelumnya pihak TPA juga sudah melakukan survei lokasi dan rencana pembangunan yang  akan dilaksanakan oleh satker (satuan kerja) pusat. “Mereka yang sudah melakukan survei dan memang layak serta jauh dari permukiman. Mungkin dengan dibukanya TPA yang baru bisa meminimalisir sampah yang sudah overload. Mengingat juga TPA yang ada berada di daerah permukiman,” harapnya.

Kondisi TPA semakin diperparah dengan alat berat yang belakangan sering rusak. Menurut Muin, alat-alat tersebut memang sudah lama.

“Mudah-mudahan tahun depan ada perbaruan alat sehingga lebih memudahkan dalam pengelolaan sampah,” imbuhnya.

Sejauh ini eskavator yang dioperasikan hanya satu. “Terus yang kedua dozer-nya lagi mangkrak  (rusak). Seandainya dozer-nya bagus, lebih cepat meratakan sampah yang ada. Selain lahan yang terbatas, alat juga menjadi salah satu hambatan, minimal alatnya  2, jadi ada cadangan jika rusak satu,” tutupnya.

 

ADIPURA MENJAUH

Kota Tarakan, satu dari empat kota lain di Kalimantan Utara (Kaltara) sudah beberapa tahun belakangan gagal meraih penghargaan lingkungan hidup. Pada 2018 misalnya,  Kota Nunukan, Kabupaten Nunukan lebih unggul. Meraih penghargaan bergengsi itu, berupa Sertifikat Adipura. Penghargaan itu diumumkan pada Januari lalu.

TPA yang sudah tidak sanggup menampung produksi sampah warga menjadi salah satu penilaian yang membuat penghargaan lingkuangan tersebut menjauh. Bukan hanya masalah TPA, kebiasaan warga membuang sampah sembarang, menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota (Pemkot).

Mantan Wali Kota Tarakan dr. Jusuf Serang Kasim pernah menyampaikan jika adipura merupakan salah satu indikator keberhasilan sebuah kota dalam memenuhi seluruh aspek seperti kota bersih 24 jam, nyaman dan aman bagi masyarakat.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB

Pemkab Nunukan Buka 1.300 Formasi untuk Calon ASN

Kamis, 18 April 2024 | 12:44 WIB

Angka Pelanggaran Lalu Lintas di Tarakan Meningkat

Kamis, 18 April 2024 | 11:10 WIB
X