Tertarik Bisnis Negeri Tirai Bambu

- Kamis, 3 Oktober 2019 | 08:06 WIB

LULUS dari SMK Negeri 1 Sebatik Barat, 2016 lalu, Azroy bin Bahri termasuk siswa yang mendapatkan banyak tawaran dalam menata masa depannya. Mulai dari mendapatkan beasiswa melanjutkan pendidikan di Surabaya, hingga Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Merasa tidak cocok, putra dari pasangan Ani dan Asman inipun melirik tawaran melanjutkan pendidikan melalui Yayasan Indonesia Tionghoa Culture Centre, atau lebih sering disebut ITCC yang dibentuk Dahlan Iskan.

Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina, begitulah titah yang kerap disebutkan Azroy. Hingga ia memantapkan untuk menimba ilmu di Negeri Tirai Bambu ini.

“Alhamdulillahmelalui proses yang panjang. Awalnya kurus hampir 2 bulan di Banjarmasin, mengenal kultur dan apa saja yang ada di sana. Kemudian hampir 4 bulan di sana, sudah bisa berbahasa Mandarin,” kata pria yang akrab disapa Azroy.

Saat itu, dia mengambil Manajemen Internasional Bisnis. Berbicara seputaran bisnis, kemajuan negara tempatnya ia melanjutkan pendidikan ini sangat terlihat.

Memasuki semester 3, ia mulai berbisnis kecil-kecilan dengan mengenalkan makanan khas Indonesia. Seperti jalangkote, bakwan, ayam rica-rica dan ayam geprek. Tidak hanya ditawarkan ke orang Indonesia yang rindu khas nusantara ini.

Tapi ditawarkannya juga ke orang Bangladesh dan Afrika. Bumbu rempahnya sendiri, dia bawa langsung dari Indonesia.

“Saya tertariknya ke bisnis. Karena cara mereka berbisnis itu terlihat banget kemajuan negaranya. Saya pernah ngobrol sama salah satu dosen ilmu komunikasi dan bisnis, tahun 2030 itu mereka sudah siap menguasai dunia. Jadi kalau kita tidak peka, siap-siap saja kita,” kata pria asal Sebatik.

Yang lebih menarik lagi, biaya hidup di Tiongkok ini terbilang sangat murah. Saking murahnya, tergantung orangnya ingin hidup yang seperti apa. Mulai dari sederhana, hingga berlebihan.

Apalagi mengikuti selera orang Kalimantan, yang terbilang memiliki style. Dia dapat bertahan hidup dengan Rp 1 juta untuk sebulan.

“Rp 1 juta itu sudah bisa beli baju, celana dan makan untuk sebulan. Orang Kalimantan, di sana sudah bisa hidup mewah. Apalagi penghasilan orang Kalimantan di atas rata-rata. Jadi terserah kita mau hidup seperti apa,” kata pria kelahiran Sebatik, 19 Mei 1996 ini.

Meski biaya hidup murah, tapi anak pertama dari 4 bersaudara ini pun enggan merepotkan orang tuanya di Sebatik. Untuk mencukupi kebutuhannya, dia memilih kuliah sambil bekerja selama 2 tahun di perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi terbesar di beberapa negara.

“Ada perusahaan yang bekerja sama dengan kampus, mencari orang Indonesia. Karena perusahaan tersebut mau dibangun di Indonesia. Jadi kampus merekomendasikan beberapa orang untuk dimasukkan ke perusahaan. Saya ada perjanjian dengan perusahaan, bahwa saya kerja setelah pulang kuliah,” tuturnya.

“Jam kuliahnya juga teratur, seperti sekolah di Indonesia. Masuk pagi sampai siang, istirahat dan dilanjutkan sampai sore. Setiap hari begitu, Sabtu dan Minggu libur,” lanjutnya.

Azroy termasuk lulusan terbaik di 2019, sekaligus mendapatkan sertifikat kehormatan. Predikat terbaik ini membawa keberuntungan bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang strata 1. Ditawari langsung oleh kepala jurusan dengan beasiswa sebesar 200 Yuan atau setara Rp 400 juta.

Halaman:

Editor: anggri-Radar Tarakan

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ini Dia Delapan Aksi Konvergensi Tekan Stunting

Kamis, 25 April 2024 | 12:30 WIB

Dewan Negara Malaysia Kagum Perkembangan Krayan

Kamis, 25 April 2024 | 09:30 WIB

Gubernur Kaltara Sebut Arus Mudik-Balik Terkendali

Selasa, 23 April 2024 | 11:15 WIB

PLBN Sei Menggaris Segera Operasional

Sabtu, 20 April 2024 | 15:30 WIB

Pemkab Bulungan Beri Keringanan BPHTB

Sabtu, 20 April 2024 | 11:50 WIB

Di Bulungan, 400 Ha Lahan Ludes Terbakar

Sabtu, 20 April 2024 | 10:28 WIB

KMP Manta Rute KTT-Tarakan Kembali Beroperasi

Sabtu, 20 April 2024 | 10:01 WIB
X