Bahkan aktivitas penerbangan transit di Kota Tarakan juga sempat terganggu. Beberapa maskapai melakukan penundaan keberangkatan akibat kabut asap. Hal itu tentu akan sangat berdampak terhadap melemahnya ekonomi.
“Perputaran ekonomi pada penerbangan ini bisa sampai ratuan miliar, belum lagi kerugian yang dialami penumpang,” ujarnya.
Sebab, ada juga para penumpang yang bepergian itu untuk keperluan bisnis, kalau ada penundaan keberangkatan berapa sudah kerugian yang dialami. “Jadi kerugian akibat karhutla ini sangat luar bisa, bisa sampai ratusan miliar,” ujarnya.
Itu baru pada transportasi penerbangan, belum lagi transportasi lainnya yang juga mengalami dampak akibat kabut asap. Karhutla, tidak hanya berdampak terhadap ekonomi. Tapi juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, dirinya berharap kepada pemerintah agar lebih aktif melakukan sosialisasi ke masyarakat. Khususnya masyarakat yang akan melakukan pembukaan lahan untuk pertanian.
“Pemerintah harus turun langsung memberikan pemahaman kepada masyarakat agar permasalahan karhutla ini tidak lagi terjadi,” sebutnya.
Dalam hal ini pemerintah juga harus bisa lebih tegas dalam menegakkan aturan yang ada. Apalagi saat ini masyarakat sudah terbiasa membuka lahan dengan cara dibakar. “Pembakaran ini kan tidak membutuhkan biaya besar. Bayangkan saja, 1 hektare lahan kalau dibuka dengan cara tidak dibakar berapa biaya yang dikeluarkan, kalau dibakar modalnya hanya api saja,” ungkapnya.