TARAKAN - Tidak turunnya hujan dalam waktu cukup lama, membuat Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Alam Tarakan harus berupaya keras untuk menjaga suplai dan distribusi air ke masyarakat. Saat ini, kondisi persediaan air baku pada embung dan sungai sedang menipis. Hal itu diperparah dengan tidak dapat difungsikannya lagie Binalatung karena mengalami kekeringan.
Saat dikonfirmasi, Plt Kepala PDAM Tirta Alam Tarakan, Sudarto menerangkan, saat ini suplai air ke masyarakat tetap berjalan. Meski demikian, ia mengakui aliran air yang tersuplai semakin hari semakin mengecil. Walau begitu, ia menegaskan jika hal tersebut tidak mempengaruhi kualitas air yang tersuplai.
"Saat ini kondisi embung tetap dalam kondisi sama. Tidak ada penambahan air karena tidak adanya hujan, juga mungkin mengalami sedikit pengurangan karena penguapan air. Untuk sementara kami tidak bisa melakukan penyedotan sampai terjadinya beberapa kali hujan dalam intensitas besar," ujarnya, kemarin (28/9).
Ia menjelaskan, untuk produksi air di wilayah Tarakan Tengah dan Timur pihaknya masih bergantung pada beberapa sungai di Kelurahan Kampung Satu. Saat ini ia belum memilirkan untuk mencari opsi sungai penyuplai bantuan dari sungai Kelurahan Kampung Satu. Meski demikian, pihaknya berharap dapat terjadi hujan meskipun dalam intensitas sungai. Hal tersebut diharapkan dapat memperbesar aliran air pada sungai.
"Saat ini masih sama, kami masih menggunakan sisa aliran sungai walaupun semakin hari bertambah kecil. Saat ini produksi masih pada 95 sampai 100 liter per detik. Kami berharap beberapa hari ini terjadi hujan walaupun kecil, setidaknya agar aliran air sungai bisa sedikit lebih besar," tukasnya.
Karena mengecilnya suplai pada air, sehingga ia meminta maaf atas ketidaknyamanan pelanggan. Ia menjelaskan pihaknya telah berupaya keras untuk mempertahankan produksi air, namun upaya tersebut terkendala dengan terbatasnya air baku.
"Secara teknis tidak ada. Hanya saja memang karena krisisnya air ini sehingga aliran air yang disuplai seadanya saja, hasilnya mungkin alirannya cukup kecil. Kami meminta maaf atas ketidaknyamanan pelanggan saat ini. Kami sudah berupaya secara maksimal agar masyarakat tetap dapat menikmati aliran air," ungkapnya.
Sementara itu, Nadiana (30) warga RT 02 Gunung Lingkas mengungkapkan, meski mengecilnya aliran air tidak menjadi masalah besar baginya. Namun, ia harus terus membuka keran air dalam waktu lama untuk memenuhi semua penampungan air di rumahnya.
"Airnya kecil sekali. Sebenarnya tidak terlalu ada kendala juga karena airnya buat dipakai sehari-hari saja. Tapi mau tidak mau harus nyalakan keran semalaman untuk mengisi bak. Mengantisipasi kalau nanti tidak terjadi hujan dan air mati," bebernya.
Menurutnya, PDAM setiap tahun perlu berbenah dalam mempersiapkan jika terjadinya kemarau. Sehingga menurutnya permasalahan krisis air tidak terjadi secara rutin setiap tahunnya, saat tidak turunnya hujan dalam waktu lama.
"Harapan saya semoga PDAM dapat lebih kreatif dalam mencari terobosan-terobosan untuk mempertahankan kualitas pelayanan. Karena kalau saya lihat setiap tidak ada hujan pasti air mati. Kalau cuma berharap air hujan warga juga bisa membuat penampungan sendiri," tuturnya. (*/zac/eza)